Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan kekhawatirannya tentang risiko yang akan dihadapi Indonesia jika Amerika Serikat (AS) mengalami resesi ekonomi.
Dalam situasi global yang terus berubah, perhatian terhadap dinamika ekonomi AS menjadi sangat penting.
Sebab, resesi di AS bisa memicu keluarnya aliran modal dari pasar domestik Indonesia ke AS, yang dikenal dengan istilah capital flight.
Kondisi ini semakin diperburuk dengan tingkat suku bunga domestik Indonesia yang masih lebih tinggi dari laju inflasi.
Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) sampai saat ini masih mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 6,25%.
“Kemudian yang terkait dengan AS, tentu kita terus monitor. Karena tentu kalau kita lihat tingkat suku bunga kita dibandingkan inflasi gap-nya agak tinggi," kata Airlangga saat konferensi pers terkait pertumbuhan ekonomi Q2-2024 di Kantor Kemenko Perekonomian, dikutip Selasa (6/8/2024).
Airlangga berharap, Bank Sentral AS atau The Fed bakal menurunkan suku bunga acuan pada kuartal IV tahun 2024 ini.
Pasalnya, penurunan suku bunga di AS diharapkan dapat membantu mengurangi risiko capital flight dari Indonesia.
“Tentu kita berharap bahwa tingkat suku bunga AS di kuartal IV bisa turun walaupun belum ada yang menjamin," ujarnya.
Pada Rabu (31/7), The Fed mempertahankan suku bunga pada level tertinggi dalam 22 tahun, yaitu 5,25% hingga 5,5%, seiring dengan meredanya inflasi.
Hal ini menunjukkan bahwa penurunan suku bunga kemungkinan akan terjadi paling cepat pada September.
"Inflasi telah mereda selama setahun terakhir tetapi masih terbilang tinggi. Dalam beberapa bulan terakhir, ada beberapa kemajuan lanjutan menuju target inflasi 2% yang dicanangkan Komite," sebut Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC), badan pembuat kebijakan The Fed, dalam pernyataannya.
Pernyataan The Fed mencerminkan peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pada Juni lalu. Sebelumnya, pernyataan kebijakan hanya menyebutkan "sedikit kemajuan lanjutan" dalam mengurangi tekanan harga.
Komite tersebut menegaskan pihaknya tidak memperkirakan bahwa situasi akan kondusif untuk menurunkan kisaran target sampai mereka merasakan keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan ke angka 2%.
Menutup pernyataannya, Airlangga menekankan pentingnya memonitor perkembangan ekonomi global secara seksama. Dia berharap agar kebijakan yang diambil dapat memitigasi risiko yang mungkin timbul dan memastikan stabilitas ekonomi Indonesia tetap terjaga. (ant/rpi)
Load more