“Bea masuk masih tumbuh meski tipis di 2,1%. Ini karena nilai impor yang naik, meskipun tarif rata-rata kita menurun, kecuali untuk beberapa proteksi tarif,” jelas Sri Mulyani saat konferensi pers APBN KiTa Edisi Agustus 2024 di Jakarta, Selasa (13/8/2024).
Tangkapan layar capaian kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai per Juli 2024 yang dipaparkan oleh Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kita, Selasa (13/8/2024).
Menkeu menguraikan bahwa pertumbuhan bea masuk ini terjadi karena kenaikan impor sebesar 2,5% (yoy) meskipun tarif efektif turun.
Penurunan penerimaan dari komoditas utama seperti gas, kendaraan, dan suku cadang juga menjadi faktor, ditambah lagi penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.
Di sisi lain, bea keluar produk sawit turun 60% (yoy) karena penurunan rata-rata harga CPO 2024 sebesar 5,91% (yoy). Volume ekspor sawit juga turun 15,48% (yoy) dari 24,01 juta ton menjadi 20,29 juta ton.
Lebih lanjut, Sri Mulyani menyampaikan bahwa penerimaan dari cukai tercatat sebesar Rp116,1 triliun, tumbuh 0,5% (yoy).
"Untuk cukai, ada sedikit peningkatan setelah sebelumnya mengalami pertumbuhan negatif, karena kita menaikkan bea cukai untuk mendukung penurunan produksi rokok. Tapi kita lihat ada kenaikan menjadi Rp111,3 triliun, tumbuh 0,1%. Yang naik adalah golongan II dan III," ungkap Sri Mulyani.
Load more