Selain itu, beberapa perusahaan asing juga mulai menunjukkan minatnya, seperti The Global Green Growth Institute (GGGI) yang bekerja sama dengan Samsung dan Hyundai dalam proyek senilai 1,2 miliar dolar AS di Blok Sarulla, Sumatera Utara, untuk produksi hidrogen hijau.
Dendy juga menekankan bahwa potensi bisnis dari green hydrogen jauh lebih besar dibandingkan hidrogen konvensional yang berbasis gas alam, atau yang dikenal sebagai grey hydrogen.
Namun, tantangan yang masih dihadapi saat ini adalah tingginya biaya produksi green hydrogen Meski begitu, ia optimis bahwa biaya ini bisa terus ditekan.
Saat ini, biaya produksi hidrogen hijau masih sekitar 6,4 dolar AS per kilogram, tetapi Dendy ada peluang besar untuk menurunkannya hingga di bawah 2 dolar AS per kilogram.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga menyatakan bahwa pengembangan hidrogen bisa menjadi solusi dalam mencegah krisis energi di sektor industri.
Tak hanya itu, Kemenperin juga mendukung penurunan emisi karbon dioksida (CO2) sesuai dengan target Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC) sebanyak 912 juta ton pada tahun 2030.
Reni Yanita selaku Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, menambahkan bahwa hidrogen merupakan alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan serta media penyimpan energi yang ideal.
Load more