Hal ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh faktor global terhadap nilai tukar, terutama dari negara-negara maju.
“Kondisi AS dengan defisit APBN mereka yang sangat besar akan mendorong penerbitan surat berharga yang cukup besar, dan ini berpotensi menahan imbal hasil (yield) US Treasury yang akan berimbas kepada banyak surat berhaga negara berkembang, termasuk Indonesia,” jelas Sri Mulyani.
Suku bunga AS atau Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan akan dipangkas tiga kali pada tahun ini dengan total penurunan 100 basis poin (bps), lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya sebesar 75 bps.
Dengan penurunan suku bunga ini, Sri Mulyani yakin bahwa surat berharga Indonesia akan lebih menarik dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
Untuk diketahui, target suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun dalam RAPBN 2025 ditetapkan sebesar 7,1%.
“Surat berharga Indonesia di antara emerging market memiliki daya tarik yang cukup besar karena fondasi fiskal yang terjaga baik,” ujar Menkeu.
Penguatan rupiah yang terjadi belakangan ini juga didukung oleh kinerja ekonomi domestik, salah satunya proyeksi neraca pembayaran. “Oleh karena itu, ekspor dan defisit transaksi berjalan menjadi sangat penting, dan ini bergantung pada produktivitas dan tingkat kompetisi perekonomian kita,” tambah dia.
Load more