Jakarta, tvOnenews.com - PT Pertamina (Persero) sedang mengembangkan tiga jenis bahan baku untuk produksi bioetanol, yakni sorgum, nipah, dan tandan buah kosong kelapa sawit.
Langkah ini diharapkan dapat mempercepat transisi energi di Indonesia dan mendukung ketahanan energi masa depan.
SVP of Technology Innovation PT Pertamina, Oki Muraza, seusai sesi tematik Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta, menjelaskan bahwa sorgum berpotensi besar menjadi bahan baku bioetanol karena tanaman ini banyak tumbuh di Indonesia.
"Batangnya bisa diperas untuk menghasilkan bioetanol, sedangkan daunnya bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, yang juga mendukung program perbaikan gizi. Ini menarik, dan kami sedang mengembangkan model bisnisnya agar bisa diadvokasi ke pemerintah," ungkap Oki, Kamis (5/9/2024).
Oki juga menambahkan bahwa penggunaan bioetanol dari sorgum bisa menjadi bagian dari upaya untuk mengurangi impor gandum yang mencapai 9,6 juta ton per tahun, sekaligus meningkatkan produksi dan diversifikasi produk pangan dalam negeri.
Selain itu, Pertamina juga tengah mengembangkan bioetanol dari nipah dengan cara memanfaatkan getah dari pohon mangrove.
Mengingat Indonesia memiliki 48 jenis mangrove, ini menjadi potensi besar untuk dikembangkan.
"Indonesia punya garis pantai terpanjang kedua di dunia. Selain menahan abrasi, mangrove bisa ditanam dan getahnya diproses menjadi bioetanol karena mengandung gula," kata Oki.
Untuk bahan baku ketiga, yakni tandan buah kosong kelapa sawit, bioetanol dihasilkan melalui proses pengolahan biomassa.
Lignin dipisahkan dari tandan buah, lalu selulosa dihidrolisasi dan difermentasi menjadi glukosa.
Oki menekankan bahwa ketiga pendekatan ini mencakup strategi jangka pendek, menengah, dan panjang dalam pengembangan bioetanol.
"Jadi, kami punya strategi jangka pendek, menengah, dan panjang. Tapi semuanya harus ekonomis. Saat ini, dari hitungan kami, sorgum adalah yang paling ekonomis jika didukung pemerintah, karena bisa mengurangi impor pangan dan energi," jelasnya.
Komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emissions (NZE) tercermin dalam Perjanjian Paris dengan target pengurangan emisi sebanyak 912 juta ton pada 2030 melalui Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC).
Forum ISF 2024 sendiri menjadi platform penting bagi para pemimpin dunia dari berbagai sektor dan negara untuk berdiskusi, berbagi pengetahuan, dan menemukan solusi terbaik menghadapi tantangan perubahan iklim.
Acara yang berlangsung selama dua hari ini mencakup sesi pleno, diskusi tematik, penandatanganan MoU, hingga gala dinner.
Pengembangan bioetanol dari sorgum, nipah, dan tandan buah kelapa sawit ini diharapkan dapat mempercepat transisi energi di Indonesia.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah, inisiatif ini bisa menjadi solusi penting untuk mengurangi impor energi dan pangan sekaligus mendukung komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi karbon. (ant/rpi)
Load more