"Jadi Itu murni hanya soal feedstock saja. Kalau kita mendapatkan continuity feedstock-nya cukup meyakinkan, saya rasa kita sudah siap," katanya lagi.
Wisnu menjelaskan bahwa minyak goreng bekas atau minyak jelantah paling ideal untuk dikembangkan menjadi avtur.
"Memang yang paling ideal, karena kalau bioavtur ini tujuannya untuk ke luar negeri maka kita harus patuh (comply) dengan Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (Corsia) yang sayangnya saat ini kalau sumbernya dari palm oil kita masih belum comply, walaupun itu yang paling banyak. Hal yang berikutnya mungkin yang paling banyak adalah minyak jelantah," paparnya.
Sementara itu, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar untuk menjadikan limbah minyak jelantah menjadi jenis avtur.
Hal ini mengingat potensi sumber jelantah mencapai satu juta liter per tahun.
Misi mengolah limbah minyak goreng bekas menjadi bahan bakar pesawat terbang bergantung dengan harga avtur di pasar.
Menurut Handoko, bila harga avtur tinggi, maka limbah minyak jelantah dapat menjadi sebuah komoditas yang menjanjikan.(ant/ito)
Load more