Jakarta - PT Prasada Pamunah Limbah Industri atau PPLI hari ini, mulai mengoperasikan insenirator raksasa berkapasitas 50 ton sebagai fasilitas pemusnah limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Presiden Direktur PPLI Yoshiaki Chida mengatakan, insenirator berukuran raksasa ini telah meningkatkan layanan pengolahan limbah B3 perusahaan dari 500 ton kini menjadi 550 ton per hari.
"Adanya insinerator berkapasitas besar ini akan memperkaya teknologi pengelolaan limbah yang dapat ditawarkan, sekaligus memberikan fleksibilitas bagi PPLI sebagai one stop service pengelolaan limbah untuk seluruh industri di Indonesia," kata Yoshiaki dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (25/01/2022).
Lebih lanjut, Yoshiki mengatakan insinerator ini menjadi solusi penanganan limbah B3 dengan metode penggunaan panas untuk menghancurkan limbah dan polutan yang terkandung di dalamnya.
"Kami menggunakan lahan seluas kurang lebih 53 hektare. Untuk nilai investasi pembangunan insinerator ini mencapai sekitar Rp300 miliar," ujarnya.
Jenis-jenis limbah yang dapat dikelola oleh insinerator PPLI, di antaranya limbah organik yang dapat terbakar, seperti oil sludge, paint sludge, used rags; limbah berbahan plastik; bahan dan produk kedaluwarsa; lumpur bekas pengeboran; sludge IPAL industri.
Perusahaan itu juga bisa mengolah limbah bahan kimia kedaluwarsa dan sisa sampel lembaga riset; limbah medis dari fasilitas pelayanan kesehatan; serta limbah-limbah yang pemusnahannya disarankan dengan pembakaran seperti limbah pestisida.
Direktur Pengelolaan Bahan Berbahaya Beracun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sayid Muhadhar berharap PPLI dapat membangun fasilitas serupa di lokasi-lokasi lain di Indonesia.
"Semakin dekat fasilitas dengan sumber penghasil limbah dapat menekan biaya pengangkutan, sehingga biaya penanganan limbah B3 ini bisa semakin murah. Apalagi, saat ini pemerintah sedang giat mendukung pertumbuhan ekonomi melalui kawasan-kawasan industri," kata Sayid.
Berdasarkan data di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan setidaknya ada 60 juta ton limbah yang harus ditangani di Indonesia.
"Artinya, peluangnya masih besar sekali yang bisa dilakukan di Indonesia dan dapat mendorong sirkular ekonomi," tuturnya.
Sementara itu, Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kenji Kanasugi mengatakan bahwa pengolahan limbah B3 ini menggunakan teknologi terbaru dari negaranya. Dia juga menyampaikan bahwa Kedutaan Besar Jepang di Indonesia akan terus memberikan dukungan upaya penanganan limbah di Indonesia.
"Kami telah menerapkan pengolahan limbah sejak sektor industri berkembang pesat di Jepang pada dekade 1960-an. Saya berharap PPLI bisa terus menjalankan pengolahan limbah, termasuk limbah berbahaya," ucap Kenji.(chm/ant)
Load more