Jakarta, tvOnenews.com - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mendorong terwujudnya pengolahan hasil atau hilirisasi dalam mengembangkan berbagai produk berbasis tanaman kratom melalui koperasi di Kalimantan.
Pasalnya, permintaan dunia atas kratom terus meningkat setiap tahunnya meski sampi saat ini masih menimbulkan kontroversi terkait kandungan narkotika di dalamnya.
Menurut Teten, langkah hilirisasi kratom ini cukup krusial demi meningkatkan nilai ekonomi tanaman obat tersebut sekaligus mendongkrak kesejahteraan masyarakat setempat.
Hal ini disampaikan Teten saat mengunjungi sentra produksi kratom milik Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) Cabang Kalimantan Timur yang terletak di Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, pada hari Jumat kemarin.
Kunjungan Menkop UKM ke Kalimantan itu bertujuan untuk melihat secara langsung proses produksi dan potensi kratom di kawasan tersebut.
Kratom adalah tanaman khas Asia Tenggara yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat secara tradisional sebagai tumbuhan herbal.
Tanaman ini memiliki nilai ekonomi yang signifikan, dan potensinya terus berkembang
Teten menambahkan bahwa langkah pengembangan produk kratom telah dibahas dalam rapat kabinet yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Menurutnya, kratom dapat menjadi salah satu sumber daya strategis dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat Kalimantan.
Dalam keterangan persnya, Teten menyatakan optimismenya bahwa hilirisasi produk kratom dapat diwujudkan dengan baik.
"Ini sebenarnya hilirisasi, supply chain-nya, bahan bakunya dari para petani. Hilirisasinya butuh teknologi, dan itu tidak mahal. Ini bisa dipakai di Rumah Produksi Bersama," ujar Teten dikutip dari Jakarta, Sabtu (14/9/2024).
Apalagi, Koperasi Koprabuh telah melakukan penelitian yang mendalam mengenai potensi tanaman ini.
Menurut Teten, kratom memiliki peluang besar untuk menjadi bahan baku di berbagai industri, termasuk farmasi serta makanan dan minuman.
Teten juga mencatat bahwa permintaan pasar global terhadap kratom semakin meningkat.
Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, ekspor kratom menunjukkan tren pertumbuhan sebesar 15,92% per tahun sejak 2019.
Negara tujuan ekspor terbesar adalah Amerika Serikat. Pada periode Januari hingga Mei 2023, ekspor kratom ke AS mencapai nilai 4,86 juta dolar AS atau sekitar Rp74,844 miliar (kurs Rp15.400 per dolar), atau sekitar 66,30% dari total ekspor kratom Indonesia.
Teten mengingatkan agar masyarakat tidak hanya menjual kratom dalam bentuk bahan mentah.
Ia berharap kratom dapat diolah menjadi produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
Ke depan, Teten berharap kratom bisa menjadi produk unggulan Kalimantan dengan nilai ekonomi yang lebih besar.
Namun, ia juga mengingatkan pentingnya menjaga ekosistem perdagangan dan investasi yang tepat agar pengembangan kratom berjalan optimal.
Di sisi lain, CEO Koperasi Koprabuh, Yohanis Walean, menyatakan bahwa kratom sudah diakui sebagai produk herbal yang legal untuk diekspor dan memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Ia bahkan menyebut potensinya lebih besar dari komoditas sawit.
Yohanis juga yakin bahwa Kalimantan adalah tempat yang cocok untuk pengembangan kratom.
Pasalnya, penanaman kratom tidak memerlukan teknik yang rumit, hanya perlu berada dekat sumber air seperti daerah aliran sungai, rawa, atau tepi danau.
"Walaupun terendam banjir selama tiga bulan, pohon kratom tetap tumbuh bertahan," ungkap Yohanis. (ant/rpi)
Load more