Jakarta, tvOnenews.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$2,90 miliar atau sekitar Rp44,66 triliun (asumsi kurs Rp15.400) pada Agustus 2024.
Surplus ini terutama didorong oleh sektor nonmigas, yang mencatat kinerja lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya.
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan dalam konferensi pers bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan surplus di bulan Juli 2024.
"Pada Agustus 2024, neraca perdagangan barang Indonesia kembali mengalami surplus sebesar 2,90 miliar dolar AS. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan pada bulan lalu (Juli)," ujar Pudji Ismartini di Jakarta, dikutip Rabu (18/9/2024).
Pudji juga menambahkan, Indonesia sudah mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 52 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Ini menunjukkan performa yang konsisten, meskipun situasi global menghadirkan tantangan ekonomi.
Surplus pada Agustus 2024 lebih banyak disumbang oleh sektor nonmigas yang mencapai US$4,34 miliar atau sekitar Rp66,83 triliun.
Komoditas utama penyumbang surplus nonmigas di antaranya bahan bakar mineral, lemak hewan atau nabati, dan besi serta baja.
Meskipun surplus di sektor nonmigas pada Agustus lebih tinggi dibandingkan dengan Juli 2024, angka ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan Agustus 2023.
Di sisi lain, sektor migas justru mencatat defisit sebesar US$ 1,44 miliar atau sekitar Rp22,18 triliun, dengan komoditas penyebab defisit utama adalah hasil minyak dan minyak mentah.
Meskipun defisit sektor migas ini lebih kecil daripada bulan sebelumnya, angka ini masih lebih besar dibandingkan Agustus tahun lalu.
Secara keseluruhan, hingga Agustus 2024, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar US$18,85 miliar atau sekitar Rp290,29 triliun.
Secara rinci, neraca perdagangan nonmigas mencatat surplus sebesar US$32,54 miliar atau sekitar Rp501,11 triliun.
Sedangkan, sektor migas mengalami defisit sebesar US$13,69 miliar atau sekitar Rp210,83 triliun.
Surplus dan Defisit Berdasarkan Mitra Dagang
Dari sisi mitra dagang, Indonesia mencatat surplus perdagangan dengan beberapa negara, di antaranya Amerika Serikat sebesar US$1,71 miliar atau sekitar Rp26,33 triliun, India sebesar US$1,08 miliar atau sekitar Rp16,63 triliun, dan Filipina sebesar US$0,85 miliar atau sekitar Rp13,09 triliun.
Untuk Amerika Serikat, surplus perdagangan didorong oleh komoditas mesin dan perlengkapan elektrik, pakaian serta aksesoris rajutan, dan alas kaki.
Sementara dengan India, surplus terbesar disumbang oleh bahan bakar mineral, minyak hewani/nabati, dan besi serta baja. Di Filipina, komoditas penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral, kendaraan beserta bagiannya, serta lemak dan minyak nabati atau hewani.
Namun, Indonesia juga mengalami defisit dengan beberapa negara, terutama dengan Tiongkok sebesar US$1,10 miliar atau sekitar Rp16,94 triliun, Australia sebesar US$0,55 miliar atau sekitar Rp8,47 triliun, dan Singapura sebesar US$0,31 miliar atau sekitar Rp4,77 triliun.
Defisit perdagangan dengan Tiongkok didorong oleh impor mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, serta kendaraan.
Untuk Australia, defisit terbesar berasal dari logam mulia dan perhiasan, bahan bakar mineral, serta bijih logam.
Sedangkan dengan Singapura, defisit didorong oleh bahan kimia organik, mesin dan perlengkapan elektrik, serta plastik dan barang dari plastik.
Maka dapat disimpulkan, tantangan di sektor migas dan beberapa negara mitra dagang yang mengalami defisit menjadi pekerjaan rumah yang perlu menjadi perhatian pemerintah agar stabilitas perdagangan tetap terjaga. (rpi)
Load more