"Soal harga avtur, kita melihat ada suatu upaya dari kepentingan global yang berupaya masuk ke pasar Indonesia. Sehingga isu avtur ini selalu menjadi isu yang direcycle terus," ujar Arie saat menjawab pertanyaan media, Jumat (20/9/2024).
Arie menambahkan, harga avtur bukan satu-satunya faktor yang membuat harga tiket pesawat tinggi. Menurutnya, banyak komponen lain, seperti pajak, yang berkontribusi dalam meningkatkan biaya penerbangan.
Arie juga menjelaskan bahwa kondisi geografis Indonesia dan jalur distribusi yang kompleks turut menambah biaya avtur. Hal ini berbeda dengan negara seperti Singapura, yang hanya perlu menggunakan jalur pipa untuk distribusi avturnya.
Sedangkan di Indonesia, distribusi harus menggunakan berbagai moda transportasi, mulai dari pipa, truk tangki, kapal tanker, hingga pesawat terbang. Kondisi ini jelas membuat biaya distribusi menjadi lebih mahal.
Selain itu, Arie juga menyoroti kebijakan Holdingisasi Pertamina, yang menurutnya justru menghambat efisiensi dalam distribusi avtur dan BBM. Akibat kebijakan ini, pajak yang dikenakan semakin bertambah sehingga membuat biaya operasional semakin tinggi.
"Di Indonesia ini komponen pajaknya berlipat ganda, berbeda dengan di Singapura. Kalau misalkan dikatakan di Singapura lebih murah, iya, di sana lebih murah karena tidak ada pajak, dan avturnya disalurkan melalui pipa, jadi harga avturnya pasti lebih murah," ungkap Arie.
"Kalau di Indonesia distribusinya harus pakai kapal, bahkan pesawat terbang. Kan Pertamina harus meng-cover biaya distribusinya sampai ke DPPU-DPPU di pelosok-pelosok," tambahnya.
Load more