Jakarta, tvOnenews.com - Menguatnya harga emas di bursa komoditas global pada perdagangan kemarin ternyata tidak sejalan dengan pergerakan harga logam mulia domestik. Pada hari Selasa (24/9/2024), harga emas Antam justru tergelincir dari rekor tertingginya di Rp1,455 juta per gram.
Dikutip dari laman logammulia.com , pada Selasa, harga emas bersertifikasi PT Aneka Tambang Tbk (emas Antam) terpantu melemah Rp12 ribu per gram, dari Rp1,455 juta per gram ke level Rp1,443 per gram.
Sementara harga pembelian kembali atau buyback emas Antam juga terpantau turun Rp12 ribu per gram, dari level Rp1,295 juta per gram ke level Rp1,283 juta per gram.
Dengan pelemahan ini, peluang berlanjutnya kenaikan harga emas untuk menembus level psikologisnya di level Rp1,5 juta per gram sedikit tertahan. Sejak awal tahun 2024, harga emas Antam terpantau telah menguat 27,6 persen dan menjadi pilihan investasi yang paling aman dan menghasilkan.
Pelemahan harga logam mulia domestik ini berbanding terbalik dengan pergerakan harga emas dunia yang pada perdagangan tadi malam justru masih bergerak menguat dan menembus rekor tertingginya.
Bahkan, pelemahan harga emas ini juga tidak sejalan dengan pergerakan mata uang dolar AS yang cenderung menguat. Faktor nilai tukar dolar terhadap rupiah selama ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi harga emas domestik, dimana kenaikan nilai tukar dolar biasanya mendorong naiknya harga emas.
Rekor Dunia
Pada perdagangan di bursa komoditas global, harga emas dunia terpantau masih melanjutkan tren penguatannya. Masih ditopang oleh sentimen positif dari penurunan tingkat suku bunga acuan di Amerika Serikat, harga emas di pasar spot bahkan sempat menembus rekor tertingginya 2.634 dolar AS per troy ounce.
Pada perdagangan Senin (23/9/2024), harga emas dunia di pasar spot berhasil ditutup menguat 0,2 persen ke level 2.627 dolar AS per troy ounce. Selain penurunan suku bunga di AS, Penguatan harga emas ini juga dipicu oleh menguatnya nilai tukar dolar AS yang menjadi acuan harga emas dunia.
Selain itu, pelaku pasar juga masih menantikan aksi lanjutan dari rangkaian penurunan suku bunga yang akan dilakukan Bank Sentral AS (The Federal Reserve). Setalah menurunkan suku bunga acuan 50 basis poin, bank sentral diperkirakan masih akan melakukan pemotongan suku bunga hingga dua kali lagi sebelum akhir tahun.
Memasuki era suku bunga rendah, para pelaku pasar mulai kembali mengincar instrumen investasi yang tidak memberikan imbal hasil (yield) tetap. Emas menjadi salah satu pilihan menarik bagi investor seiring dengan penurunan suku bunga di tingkat global.
Selain itu, emas juga menjadi instrumen lindung nilai yang dianggap paling aman di tengah meningkatnya gejolak geopolitik di tingkat global. Memanasnya konflik di Timur Tengah dan berlanjutnya perang Rusia - Ukraina akan menjadi sentimen penggerak kenaikan harga emas dunia ke depan. (hsb)
Load more