Banyuwangi, tvOnenews.com - PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan Pemerintah telah melakukan berbagai upaya serius dalam pengentasan kemiskinan ekstrem di Indonesia.
Salah satunya melalui program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar), di mana PNM berhasil membantu 1,7 juta orang keluar dari jerat kemiskinan ekstrem sejak diluncurkan pada tahun 2016.
Program ini secara khusus menyasar perempuan dari keluarga prasejahtera, memberikan akses pinjaman modal sekaligus pelatihan.
Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi, mengungkapkan bahwa sejak dimulai, Mekaar telah membantu lebih dari 20,6 juta ibu-ibu di seluruh Indonesia.
"Delapan tahun ini ada 1,7 juta yang naik kelas, sebagian ada yang naik kelas ke lembaga keuangan formal," ujar Arief saat meninjau kelompok Mekaar di Desa Telemung, Banyuwangi, pada Jumat (27/9/2024).
Arief menjelaskan bahwa mereka yang berhasil naik kelas kini memiliki akses ke akun perbankan formal. Mekaar menawarkan pinjaman modal mulai dari Rp2 juta dengan sistem tanggung renteng, di mana setiap kelompok minimal terdiri dari 10 orang.
Tak hanya memberikan pinjaman, PNM juga melibatkan para peserta dalam pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola usaha. Sistem kelompok ini, menurut Arief, adalah wujud nyata dari semangat gotong royong yang menjadi budaya Indonesia.
Arief menekankan pentingnya menjaga kekompakan dalam kelompok setelah berhasil keluar dari kemiskinan ekstrem. "Walaupun mereka naik kelas harus tetap ada di ekosistem ini. Kalau bisa yang besar menarik yang kecil," tambahnya.
Di tempat yang sama, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Arif Budimanta, juga memberikan apresiasi atas keberhasilan program ini.
Menurutnya, berbagai program yang dilakukan Pemerintah ternyata cukup efektif untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrem sedikit demi sedikit setiap tahunnya.
Arif menyebutkan, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2024, angka kemiskinan ekstrem di Indonesia sudah turun menjadi 0,83%.
"Kita lihat bahwa yang kita lakukan adalah monitoring terhadap program penghapusan kemiskinan ekstrem, sesuai dengan harapan pemerintah itu angkanya mencapai 0% di tahun 2024," ujar Arif.
"Alhamdulillah kita melihat ada bukti bahwa program ini berjalan sesuai harapan. Beberapa kelompok miskin ekstrem bahkan sudah berhasil graduasi, artinya mereka keluar dari kategori kemiskinan ekstrem dan miskin," tambahnya.
Arif juga menekankan pentingnya perlindungan sosial untuk warga yang tidak bisa lagi bekerja, seperti lansia tanpa pendapatan.
Pemerintah hadir melalui kebijakan APBN, alokasi dana desa, serta program jaminan sosial seperti Rantang Kasih.
"Ini bagian dari strategi pengurangan beban pengeluaran. Gotong royong membantu mengurangi beban pengeluaran keluarga atau individu miskin ekstrem," ujar Arif.
Selain itu, ada juga dukungan dari unsur filantropi dan masyarakat, seperti Badan Amil Zakat Nasional dan penjual warung yang turut bersedekah dengan menyediakan makanan gratis untuk lansia.
Bahkan menu makanan tersebut menyesuaikan dengan selera penerimanya, menambah kenyamanan mereka dalam menikmati makanan sehari-hari.
Arif menutup dengan menyebutkan bahwa penggunaan dana desa untuk infrastruktur juga berperan penting dalam mengurangi kantong-kantong kemiskinan.
"Pengurangan kantong-kantong kemiskinan juga dilakukan lewat perbaikan infrastruktur, seperti pembangunan jalan," katanya.
Dalam upaya mengatasi kemiskinan ekstrem, Indonesia telah menunjukkan hasil yang signifikan.
Data BPS menunjukkan penurunan drastis dari 6,18% pada tahun 2014 menjadi 0,83% pada Maret 2024, menjadikan Indonesia sebagai negara yang berhasil hampir mengentaskan kemiskinan ekstrem lebih cepat enam tahun dari target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
Dengan keberhasilan yang signifikan, program Mekaar PNM menunjukkan bahwa melalui gotong royong dan kerja sama semua pihak, target penghapusan kemiskinan ekstrem pada tahun 2024 bukanlah angan-angan, melainkan kenyataan yang bisa dicapai. (rpi)
Load more