Banyuwangi, tvOnenews.com - Program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM) telah menjadi jembatan bagi banyak masyarakat prasejahtera sejak tahun 2016.
Di pelosok Banyuwangi, kisah dua ibu-ibu hebat bernama Marsiyati dan Sa'adi menjadi sekelumit dari sekian banyak perempuan Indonesia yang merangkak dari jerat kemiskinan berkat PNM Mekaar.
Keduanya kini tengah berjuang menjalankan usaha mereka masing-masing, demi mentas dari kondisi prasejahtera melalui dukungan modal dan pelatihan dari PNM Mekaar.
Marsiyati, seorang ibu rumah tangga di Dusun Telemungsari, Kalipuro, awalnya hanya mengandalkan penghasilan suaminya sebagai kuli bangunan.
Keluarganya hidup dalam keterbatasan, dan Marsiyati terpaksa mencari pekerjaan sampingan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari serta membiayai pendidikan dua anaknya.
Situasi berubah ketika pada tahun 2017, Marsiyati mendapatkan pinjaman awal sebesar Rp2 juta dari PNM Mekaar untuk memulai usaha ternak kambing.
"Dulu, saya hanya bisa membantu suami dengan jadi buruh tani untuk menambah penghasilan," kenangnya kepada wartawan peserta Journalist Journey PNM, Jumat (27/9/2024).
Setelah mendapat pinjaman, Marsiyati lantas membeli kambing untuk diternak. Dalam enam bulan, kambing yang ia pelihara sudah berkembang biak.
Melihat potensi ini, Marsiyati mengajukan pinjaman lanjutan sebesar Rp10 juta dan memperluas usahanya. Ia membeli lebih banyak kambing dan suaminya mulai turut mendukung usaha suaminya sebagai tukang kayu.
Dari hasil usaha tersebut, Marsiyati dan sang suami kini berhasil merenovasi rumah dan sudah memiliki kamar mandi dan lantai keramik.
"Sekarang, saya bisa menyekolahkan anak-anak saya sampai lulus dan bisa membantu suami di usaha mebel," kata Marsiyati bangga.
Lain Marsiyati, lain pula kisah dari Sa'adi Binti Maksum yang juga tinggal di dusun Telemungsari.
Sa'adi memulai usahanya dari kondisi yang juga serba terbatas. Sebelum bergabung dengan program Mekaar, perempuan paruh baya yang tak lancar berbahasa Indonesia ini bekerja sebagai pencari sapu lidi di hutan untuk mencukupi kebutuhan anak dan cucunya.
Hingga pada tahun 2019, ia mendapatkan pinjaman awal sebesar Rp2 juta dari PNM Mekaar dan memutuskan untuk menjadi pengepul sayur di desanya.
"Awalnya saya menanggung semua kebutuhan keluarga dengan menjual sapu lidi. Setelah mendapat pinjaman dari PNM, saya mulai membeli sayur pakis dari para buruh tani di desa," ujarnya.
Saat dikunjungi peserta Journalist Journey, tampak Sa'adi menggelar dagangan sederhananya berupa puluhan ikat sayur pakis dan labu siam.
Sa'adi mengaku menggunakan modal dari PNM untuk memperbesar usahanya, hingga akhirnya akhirnya melibatkan sejumlah saudaranya untuk membantu mengikat dan memotong sayur pakis.
Berkat kegigihannya, kini Sa'adi mampu menyekolahkan cucunya dan mencukupi kebutuhan keluarganya.
"Alhamdulillah, dari usaha ini saya bisa menanggung semua kebutuhan anak dan cucu saya," ungkapnya dengan syukur.
Kisah sukses Marsiyati dan Sa'adi menjadi sedikit potret bagaimana program PNM Mekaar memberikan harapan baru bagi masyarakat prasejahtera di Banyuwangi.
Melalui bantuan pinjaman dan pelatihan, mereka mampu membangun usaha sendiri, keluar dari jerat kemiskinan, dan menjadi mandiri.
Dengan modal awal yang kecil, kini mereka bisa hidup lebih sejahtera dan bahkan membantu orang lain di sekitar mereka.
Program ini tidak hanya memberikan kesempatan finansial, tetapi juga memberdayakan perempuan untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi diri mereka dan keluarga.
Di lokasi yang sama, Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi, mengungkapkan bahwa sejak dimulai, Mekaar telah membantu lebih dari 20,6 juta ibu-ibu di seluruh Indonesia.
Program ini secara khusus memang menyasar perempuan dari keluarga prasejahtera dengan memberikan akses pinjaman modal sekaligus pelatihan.
"Sudah ada 1,7 juta (nasabah PNM) yang naik kelas, sebagian ada yang naik kelas ke lembaga keuangan formal," kata Arief.
Arief menjelaskan bahwa mereka yang berhasil naik kelas kini memiliki akses ke akun perbankan formal. Mekaar menawarkan pinjaman modal mulai dari Rp2 juta dengan sistem tanggung renteng, di mana setiap kelompok minimal terdiri dari 10 orang.
Tak hanya memberikan pinjaman, PNM juga melibatkan para peserta dalam pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola usaha. Sistem kelompok ini, menurut Arief, adalah wujud nyata dari semangat gotong royong yang menjadi budaya Indonesia.
Arief menekankan pentingnya menjaga kekompakan dalam kelompok setelah berhasil keluar dari kemiskinan ekstrem.
"Walaupun mereka naik kelas harus tetap ada di ekosistem ini. Kalau bisa yang besar menarik yang kecil," tambahnya.
Sementara itu, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Arif Budimanta, juga memberikan apresiasi atas keberhasilan program ini.
Menurutnya, berbagai program yang dilakukan Pemerintah ternyata cukup efektif untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrem melalui sistem berbasis kelompok.
"Mekaar ini adalah program pemberdayaan untuk peningkatan pendapatan masyarakat berbasis kelompok. Karena berbasis kelompok, pesertanya beragam, ada yang berasal dari kelompok miskin ekstrem di bawah, dan ada juga yang mungkin dari golongan menengah,"kata Arif Budimanta.
"Di sini terjadi pembelajaran. Mungkin ada yang sudah berani berusaha, mereka yang berpendidikan dan berada dalam kelompok berpendapatan menengah, lalu menarik anggota kelompok lainnya. Karena mereka bisa belajar dan melihat kisah sukses," tutupnya. (rpi)
Load more