Jakarta, tvOnews.com - Permintaan batu bara dari China yang meningkat pesat, membuat ekspor Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) melonjak hingga mencapai angka Rp251 triliun hingga Agustus 2024.
Peningkatan ini menjadi faktor utama yang mendongkrak ekspor Kaltim, yang masih sangat bergantung pada batu bara sebagai komoditas utama.
Dalam beberapa bulan terakhir, tingginya permintaan energi di China, terutama untuk kebutuhan listrik selama musim panas, telah memberi dampak signifikan pada ekspor provinsi ini.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, Yusniar Juliana Nababan, ekspor Kaltim pada Agustus 2024 mencapai 2,05 miliar dolar atau setara Rp31,77 triliun (asumsi kurs Rp15.000), mengalami kenaikan sebesar 1,18% dibandingkan bulan sebelumnya.
“Ekspor Kaltim pada Agustus 2024 mencapai 2,05 miliar dolar AS atau terjadi kenaikan sebesar 1,18 % jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” jelas Yusniar di Samarinda, Jumat (4/10/2024).
Kenaikan ini didorong oleh lonjakan permintaan batu bara dari China, yang mengalami peningkatan tajam seiring dengan tingginya kebutuhan listrik di negara tersebut selama periode Juni hingga Agustus.
Selain China, negara-negara lain seperti Eropa, Korea Selatan, dan beberapa negara Asia lainnya juga turut meningkatkan permintaan batu bara, memberikan tambahan dorongan pada ekspor Kaltim.
Namun, meskipun ekspor batu bara mengalami kenaikan, harga minyak mentah dunia justru turun pada Agustus 2024.
Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan permintaan dari China, sebagai konsumen minyak mentah terbesar di dunia. Hal ini turut membatasi kenaikan ekspor Kaltim secara keseluruhan.
Yusniar juga menjelaskan bahwa ekspor migas Kaltim pada Agustus hanya mencapai Rp1,85 triliun atau setara 119,8 juta dolar, turun 34,07% dibandingkan Juli 2024.
Di sisi lain, ekspor nonmigas, yang termasuk batu bara, mencapai 1,93 miliar dolar (Rp29,91 triliun), naik 4,65% dibandingkan bulan sebelumnya.
Secara lebih rinci, peningkatan ekspor terbesar berasal dari golongan bahan bakar mineral yang mengalami kenaikan sebesar 90,3 juta dolar (Rp1,4 triliun), atau naik 6,02%.
Sebaliknya, ekspor lemak dan minyak hewani atau nabati mengalami penurunan terdalam, dengan penurunan sebesar 20,18 juta dolar (Rp312,79 miliar) atau turun 10,02%.
Tiga pelabuhan utama di Kaltim yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total nilai ekspor pada Agustus 2024 adalah Pelabuhan Balikpapan dengan kontribusi 514,07 juta dolar (Rp7,97 triliun), Pelabuhan Samarinda sebesar 484,27 juta dolar (Rp7,51 triliun), dan Pelabuhan Tanjung Bara yang menyumbang 307,28 juta dolar (Rp4,76 triliun).
Secara kumulatif, nilai ekspor Kaltim dari Januari hingga Agustus 2024 tercatat mencapai 16,23 miliar dolar (Rp251,57 triliun). Namun, angka ini mengalami penurunan sebesar 13,17% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023.
Kenaikan permintaan batu bara dari China menjadi faktor utama yang mendorong ekspor Kaltim, meskipun secara keseluruhan terjadi penurunan dibandingkan tahun lalu. (ant/rpi)
Load more