Jakarta, tvOnenews.com - Fenomena deflasi yang dialami Indonesia selama lima bulan beruntun mendapatkan respons berbeda dari para menteri.
Kala beberapa seperti Sri Mulyani dan Airlangga Hartarto menganggap kondisi ini positif, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memberikan sudut pandang berbeda.
Mendag Zulhas mengatakan, ini berarti harga-harga kebutuhan pokok di masyarakat mengalami penurunan.
Dengan kata lain, harga beli produk yang menurun juga akan membuat keuntungan petani dan pedagang turun.
Oleh karena itu, jika deflasi terjadi terus menerus, maka bisa saja petani mengalami kebangkrutan dan para pedagang mengalami tutup toko.
"Kalau harga terlalu murah, cabai terlalu murah, misalkan patokan kita Rp40 ribu, di pasar cuma Rp15 ribu, itu langsung bangkrut petaninya gitu loh. Atau telur, kalau telur standar kita kan Rp 28 ribu, kalau dia cuma harganya Rp 24 ribu, ya itu tutup (lapaknya)," kata Zulhas di Kompleks Istana Kepresidenan, dikutip Sabtu (5/10/2024).
Selain itu, banyak yang menduga bahwa deflasi terjadi karena turunnya daya beli di tengah masyarakat.
Kendati demikian, Zulhas menilai belum tentu deflasi terjadi akibat turunnya daya beli.
Bisa jadi, deflasi yang belakangan terjadi memang karena pasokan di pasar saja yang meningkat, melebihi normalnya jumlah permintaan.
Terlebih, Menteri yang juga Ketum PANN mendengar bahwa mulai banyak petani yang mengalami kesuksesan panen dan akhirnya pasokan barangnya melimpah di pasar.
Maka jika mengacu pada hukum ekonomi, harga akan turun jika penawaran lebih besar daripada permintaan.
"Apakah ini terkait daya beli? Saya kira kalau saya keliling ke pasar-pasar memang yang tampak itu karena peralihan musim, dulu kan hujan ya habis itu nggak gitu, sehingga panennya sempurna. Bawang, cabai kalau hujan terlalu banyak kan dia busuk, ini sehingga suplainya banyak," ujar Zulhas.
Di lain pihak, Menteri Keuangan (Menkeu) RI Sri Mulyani Indrawati malah bersyukur Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut.
Menurutnya, pemerintah memang berupaya menjaga inflasi tetap rendah, lantaran inflasi mempengaruhi daya beli.
Ia juga menjelaskan bahwa penurunan harga tersebut berdampak baik bagi konsumen di Indonesia, terutama kelas menengah ke bawah.
Deflasi 5 bulan beruntun ini dinilai sangat menentukan daya beli masyarakat terutama kelompok menengah ke bawah, yang pengeluarannya paling besar untuk makanan.
"Menurut saya merupakan suatu perkembangan yang positif karena ini akan sangat menentukan daya beli masyarakat terutama kelompok menengah bawah yang pengeluaran untuk makanan itu paling besar," ujarnya di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Jumat (4/10/2024).
Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 tercatat sebesar minus 0,12 persen (MtM).
Angka itu mempertegas tren deflasi beruntun selama lima bulan terakhir sejak Mei 2024. Secara historis, deflasi bulan September merupakan yang terdalam dibanding bulan yang sama dalam lima tahun terakhir.
Deflasi merupakan fenomena penurunan harga yang ada di di suatu wilayah. Fenomena ini terjadi karena kekurangan jumlah uang beredar, yang menyebabkan daya beli masyarakat menjadi turun.
Sri Mulyani menegaskan, penurunan yang berasal dari volatile food atau komoditi pangan yang bergejolak merupakan hal yang diharapkan bisa menciptakan harga makanan di level yang stabil rendah.
“Itu baik untuk konsumen di Indonesia, terutama menengah ke bawah, yang mayoritas belanjanya adalah untuk makanan,” ujar Sri Mulyani.
“Jadi, dalam hal ini kita menyikapi sebagai hal yang positif," tambahnya. (rpi)
Load more