Pengembangan produk hilir kelapa sawit juga difokuskan pada produk unggulan, seperti deterjen cair, kosmetik, cat, dan produk farmasi, yang memiliki potensi nilai tambah hingga 580%.
"Adapun untuk produk hilir berupa biomass, kita arahkan pengembangannya ke produk derivatif seperti dimethyl ether (DME) sebagai pengganti LPG, serta produk lain seperti kapasitor, biokatalis, dan etanol G-2," tambahnya.
Agus juga menyoroti perkembangan pesat dari produk turunan kelapa sawit, yang meningkat dari 48 jenis pada 2011 menjadi lebih dari 200 jenis pada 2023.
Selain itu, ekspor kelapa sawit dan turunannya pada 2023 mencapai 28,45 miliar dolar AS, atau sekitar Rp450 triliun, yang menyumbang 11,6% dari total ekspor nonmigas Indonesia.
Lebih dari itu, sektor kelapa sawit juga berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja. Sebanyak 16,2 juta orang bekerja di sektor ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, termasuk pelaku usaha perkebunan rakyat yang menjadi pusat kebijakan nasional.
Dengan hilirisasi dan pengembangan produk turunan yang terus berkembang, sektor kelapa sawit menjadi salah satu tulang punggung ekonomi Indonesia.
Potensi nilai tambah yang dihasilkan dari sektor ini diharapkan terus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, sembari tetap melibatkan dan memperkuat peran petani kecil dalam rantai pasok industri sawit. (rpi)
Load more