Selain itu laporan tersebut juga memperingatkan bahwa ada perbedaan kebijakan moneter di antara negara-negara besar yang bisa mengakibatkan volatilitas keuangan yang menyebabkan pergeseran arus modal saat bank-bank sentral menurunkan suku bunga. Situasi ini dapat menyulitkan pembayaran utang, terutama bagi negara-negara dengan perekonomian lemah.
"Kami memperkirakan pemulihan bertahap dalam perdagangan global pada 2024, tetapi kami juga tetap waspada terhadap potensi kemunduran, terutama potensi eskalasi konflik regional seperti yang terjadi di Timur Tengah," ujar Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala.
Dampak dari eskalasi konflik yang terjadi di Timur Tengah ini bisa sangat parah, terutama bagi negara-negara yang terkena dampak langsung. Selain itu, eskalasi konflik itu secara tidak langsung bisa mempengaruhi biaya energi global serta rute pengiriman, imbuh Ngozi Okonjo-Iweala.
"Sangat penting bagi kita untuk terus bekerja secara kolektif demi menjaga stabilitas ekonomi global dan pertumbuhan yang berkelanjutan, karena hal ini sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh dunia," ujar Ngozi Okonjo-Iweala.
Eropa menurut laporan tersbeut juga akan mengalami penurunan ekspor dan impor masing-masing sebesar 1,4 persen dan 2,3 persen di 2024. Ekspor Eropa ini terkena imbas negatif dari sektor otomotif serta bahan kimia di kawasan tersebut.
Sementara itu, ekspor yang terjadi di Asia tahun ini diperkirakan bakal bertumbuh hingga 7,4 persen, melampaui kawasan-kawasan lain di dunia. Ini akan didorong dengan kekuatan-kekuatan manufaktur seperti China, Singapura, serta Korea Selatan.
Jika dibandingkan dengan perdagangan barang, prospek jangka pendek perdagangan jasa menunjukkan angka lebih optimistis, dengan pertumbuhan 8 persen per tahun untuk nilai perdagangan jasa komersial dalam dolar AS yang tercatat pada kuartal pertama tahun ini.
Load more