Merespons cecaran Guru Besar UI, Bahlil dengan tegas mengakui bahwa kebijakan hilirisasi memang menuai pro dan kontra.
Namun, mantan Menteri Investasi itu menegaskan bahwa proses ini diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri.
Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan masalah pokok yang dihadapi dalam mewujudkan industri smelter di Indonesia.
Dirinya blak-blakan menjelaskan bahwa salah satu alasan Indonesia butuh investasi asing adalah kesulitan memperoleh dukungan perbankan nasional.
“Kalau ada perbankan nasional kita yang mau membiayai smelter, mana ada? Andaikan pun ada, mereka minta equity (hak atau kepentingan pemilik ataupun suatu entitas pada harta suatu perusahaan) 40-50%. Dari mana? Siapa yang bisa melakukan itu?” ujar Bahlil, menyoroti kesulitan pembiayaan.
"Andaikan itu ada, prosesnya lama sekali. Kalau kita tawaf di Makkah jelas berapa putaran dan berapa menit, kalau tawaf di perbankan enggak jelas kapan selesainya. Itu baru administrasinya, belum keputusan kreditnya," kata Bahlil, mengkritik sistem perbankan Indonesia.
Load more