Smelter tembaga PT Freeport Indonesia di Gresik, misalnya, mampu memproses 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun, meningkatkan nilai tembaga dari USD 4,36 per ton menjadi USD 6.049 per ton. Dengan investasi ini, potensi pendapatan negara dapat meningkat hingga USD 2 miliar per tahun.
Hilirisasi bauksit juga terus dipercepat. PT Indonesia Asahan Aluminium dan PT Aneka Tambang Tbk membangun smelter grade alumina refinery (SGAR) di Kalimantan, yang diharapkan mampu secara bertahap menghentikan impor aluminium dan menghemat devisa sebesar USD 34,8 miliar. Peningkatan kapasitas hilirisasi bauksit ini menjadi langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku.
Indonesia juga memiliki cadangan timah yang sangat besar, mencapai 23% dari total cadangan dunia. Saat ini, hilirisasi timah masih terbatas pada produksi ingot. Namun, PT Timah Tbk sedang mengembangkan teknologi Ausmelt Furnace yang akan meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi, sehingga dapat menghasilkan produk bernilai tambah seperti solder dan komponen elektronik.
“Indonesia perlu memperkuat hilirisasi timah agar mampu menciptakan produk dengan nilai tambah lebih tinggi,” ungkap Feiral.
Kobalt, mineral penting lainnya, menyimpan potensi besar untuk pengembangan industri baterai nasional. Dengan cadangan 600 ribu ton, hilirisasi kobalt dapat menjadi kunci dalam mendukung rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV) global. Saat ini, pengolahan kobalt masih terbatas dan menyatu dengan nikel, namun perlu adanya investasi langsung untuk memproduksi katoda berbasis nikel-kobalt yang akan memaksimalkan nilai tambah.
Dengan memperluas hilirisasi dari nikel ke mineral kritis lainnya, pemerintah Indonesia dapat meningkatkan pendapatan negara, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat posisi Indonesia dalam industri global.
“Hilirisasi adalah kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkelanjutan. Melalui hilirisasi mineral, industri pertambangan Republik Indonesia diharapkan dapat turut serta bergotong royong menggerakkan perekonomian negara hingga dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 8% dan mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045 di masa pemerintahan Presiden terpilih Bapak Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Terpilih Bapak Gibran Rakabuming Raka,” tutup Feiral. (nsp)
Load more