“Pertanyaannya adalah permintaan itu apakah punya kemampuan untuk mengangsur? Jangan-jangan yang dianggap backlog tiga juta rumah itu adalah calon pembeli, tapi sebenarnya tidak punya kemampuan membeli. Jadi, ini juga harus realistis,” terangnya.
Untuk mengatasi persoalan-persoalan itu, Aviliani meminta pemerintah untuk memastikan kesempatan kerja bagi masyarakat.
Menurutnya, dengan kehadiran digitalisasi yang mendorong efisiensi serta tutupnya banyak perusahaan akibat terdampak Covid-19, kesempatan kerja kini relatif makin mengecil.
Kondisi itu juga dibarengi dengan minimnya kemunculan wirausaha baru. Ia mengatakan, kreditur dari kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) cenderung diisi oleh orang-orang yang sama, yang mengindikasikan lambatnya pertumbuhan wirausaha baru.
Situasi ini menjadi salah satu pekerjaan rumah utama Kementerian UKM.
“Jadi, itu PR yang menurut saya perlu dikemukakan di awal,” tuturnya.(ant/nba)
Load more