Jika lifting minyak naik, maka berdampak positif bagi pendapatan negara. Bahkan hal itu bisa menekan impor minyak. Bahlil juga percaya bahwa Djoko merupakan sosok yang kompeten mengisi jabatan sebagai Kepala SKK Migas, sebab pengalaman Djoko pernah di Dirjen Migas dan Deputi SKK Migas.
"Jangan duduk di belakang meja, tapi harus kita proaktif. Makna dari pada pelantikan pada malam hari ini, di malam hari, itu menunjukkan bahwa saya nggak pernah tidur. Saya itu mau tidur pun otak saya itu cuma lifting, lifting, dan lifting," katanya lagi.
Selain itu, dia juga mengingatkan bahwa pemerintah tidak bisa diatur oleh pengusaha. Namun, pemerintah juga tidak boleh berlaku tidak adil kepada pengusaha.
"Jangan bapak diatur sama pengusaha, yang mengatur pengusaha adalah Pemerintah. Tapi Pemerintah nggak boleh zalim sama pengusaha. Nggak boleh, kita harus ada di tengah," pungkasnya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM mencatat, terdapat sekitar 44.900 sumur minyak di Indonesia, dengan 16.600 di antaranya dalam kondisi idle. Dari jumlah tersebut, sekitar 5.000 sumur dapat dioptimalkan untuk meningkatkan produksi minyak nasional.
Bahlil mengungkapkan bahwa pada tahun 1996 dan 1997, Indonesia mampu memproduksi 1.000.600 barel minyak per hari, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara, karena mampu mengekspor hingga 1 juta barel. Namun, pasca-reformasi, produksi minyak terus mengalami penurunan.
Namun, saat ini, produksi minyak nasional tinggal 600.000 barel per hari, sementara konsumsi mencapai 1.000.600 barel per hari. Hal ini menyebabkan Indonesia harus mengimpor sekitar 900 ribu hingga 1 juta barel minyak per hari. (ant/nsp)
Load more