Penerimaan bea keluar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kenaikan bea keluar tembaga sebesar 173,0% (yoy), yang kini berkontribusi sebesar 70% dari total bea keluar. Anggito menjelaskan bahwa peningkatan ini adalah dampak dari relaksasi ekspor tembaga.
Sementara itu, bea keluar produk sawit turun 30,6% (yoy) karena harga sawit mengalami penurunan rata-rata sebesar 1,95% dan volume ekspor turun hingga 16,13% (yoy).
Lebih lanjut, penerimaan cukai mencapai Rp174,4 triliun dengan pertumbuhan 2,7% (yoy).
Faktor utama pertumbuhan ini adalah penerimaan cukai tembakau yang tercatat sebesar Rp167,0 triliun, tumbuh 2,3% berkat peningkatan produksi cukai golongan II dan III.
Selain itu, cukai Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) juga naik sebesar Rp7,1 triliun atau 13,3% (yoy), meskipun ada penurunan produksi dalam negeri dan impor. Kenaikan tarif menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ini.
Faktor lain yang turut menyumbang adalah cukai etil alkohol (EA) yang mencapai Rp117,5 miliar, tumbuh 16,9% sejalan dengan peningkatan produksi.
“Sekali lagi ini juga menunjukkan suatu peningkatan, penerimaan cukai tumbuh hampir 3%, penerimaan tembakau 2,3% karena ada pendapatan reduksi penerimaan cukai, minuman mengandung etil alkohol juga tumbuh 13%,” jelas Anggito.
Load more