"Ada semacam mereka lah (BRICS) pendiri, dan mereka lah pemegang pintunya, siapa yang masuk dan siapa yang keluar. Jadi berbeda dengan ASEAN misalnya, ASEAN plus, ASEAN plus China, ASEAN plus Korea. Kita bagian dari ASEAN ini sendiri. Kalau ini, kita sebagai partner saat ini, partner dari BRICS,” jelas Menlu periode 2009-2014 tersebut.
Tidak hanya itu, kemitraan Indonesia dengan negara-negara anggota BRICS juga bisa dijadikan peluang untuk mengoptimalkan kerja sama di bidang ekonomi. Misalnya, dalam aspek perdagangan internasional yang mana diversifikasi perjanjian dagang antarnegara menjadi hal yang krusial.
"Semua ini harus dimanfaatkan untuk perdagangan internasional. Yang pasti, apapun yang kita selesaikan, yang ingin mencapai tujuan karena kesemuanya ini harus disampaikan kepada negara kita, melalui diplomasi, melalui dialog," ujarnya.
Indonesia sendiri saat ini sudah mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus pada 23-24 Oktober 2024. Dalam pertemuan tersebut, Indonesia melayangkan surat expression of interest yang menandai langkah resmi Indonesia untuk mendaftar keanggotaan BRICS.
BRICS adalah sebuah organisasi kerja sama ekonomi yang terdiri atas lima anggota negara utama yaitu Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Sementara, ada lima negara tambahan lain yang resmi bergabung, yakni Arab Saudi, Etiopia, Iran, Uni Emirat Arab, dan Mesir.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Sugiono mengatakan langkah Indonesia menjadi anggota BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri nasional yang berasaskan nilai bebas aktif.
Indonesia memandang BRICS sebagai wahana yang tepat untuk memajukan kepentingan negara-negara Selatan global. (ant/nsp)
Load more