Untuk masa jabatan kedua Donald Trump dengan potensi kemenangan Partai Republik di Kongres, memicu optimisme untuk deregulasi dan pemotongan pajak, yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memicu inflasi.
Pada gilirannya dapat membatasi kebijakan The Fed untuk menurunkan suku bunga, dan janji Donald Trump untuk menaikkan tarif pada mitra dagang utama, terutama China dan Uni Eropa, serta rencananya untuk memperketat imigrasi, menambah kekhawatiran tentang tekanan inflasi.
Sementara itu, China kembali memiliki rencana stimulus fiskal yang akan memangkas pajak pembelian rumah, sebagai upaya untuk membantu pasar perumahan yang sedang lesu.
Dari dalam negeri, pemerintah kembali akan memberikan insentif perpajakan perumahan, dengan Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi (Kemenko) memberikan sinyal insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DPTP) untuk perumahan, akan diperpanjang sampai dengan semester pertama tahun depan, tentunya ini akan menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
Di sisi lain meskipun tetap bertumbuh, namun demikian Indeks Penjualan Riil (IPR) bulan September 2024 lebih rendah dari bulan sebelumnya. Bank Indonesia dalam surveinya IPR tercatat 210,6 atau tumbuh sebesar 4,8 persen (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan Agustus 2024 yang tumbuh 5,8 persen (yoy).
Sementara bursa saham regional Asia sore ini banyak mengalami pelemahan.
Seperti Indeks Nikkei melemah 157,19 poin atau 0,40 persen ke posisi 39.376,10, indeks Hang Seng melemah 580,04 poin atau 2,84 persen ke 19.846,88.
Load more