Sunarso memperingatkan bahwa ketegangan dalam perang dagang antara AS dan China berpotensi semakin tajam pasca-kemenangan Trump, dan hal ini dinilai dapat berdampak negatif terhadap perekonomian nasional.
Dalam analisis tim ekonom BRI, Sunarso memaparkan ada dua skenario utama yang bisa terjadi. Pada skenario pertama, jika China merespons dengan balasan dalam perang dagang AS-China, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan melambat di kisaran 4,73% hingga 5,03% pada 2025.
Pada skenario kedua, jika China dan beberapa negara lain melakukan serangan balik yang intensif dalam perang dagang ini, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi bisa turun lebih dalam, yakni berada di kisaran 4,62% hingga 4,92%.
Lebih lanjut, Sunarso menjelaskan bahwa korelasi ekonomi Indonesia dengan China tercatat pada indeks 0,351, sementara dengan AS sebesar 0,347.
"Artinya, setiap kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi di China itu lebih berpengaruh signifikan terhadap kita, daripada perubahan pertumbuhan ekonomi di Amerika," jelas Sunarso.
Dirut BRI itu lantas mengingatkan sektor perbankan agar mempersiapkan diri menghadapi risiko yang mungkin muncul di masa depan.
Di samping itu, dirinya berharap pemerintah Indonesia segera menyiapkan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi potensi gejolak ekonomi global.
Load more