Keunggulan tersebut adalah lahan gambut terluas di dunia, kekayaan keanekaragaman hayati yang tinggi, serta hutan tropis terbesar ketiga di dunia.
“Indonesia bisa memimpin agenda perubahan iklim bila memanfaatkan potensi Nature Based Solution (NBS),” tambahnya.
Menurut Darmawan, ada tiga aspek yang perlu diperkuat untuk membangun ekosistem berkelanjutan di Indonesia. Pertama, meningkatkan pengetahuan tentang praktik bisnis yang berkelanjutan, kedua memperluas akses teknologi untuk seluruh sektor industri, dan ketiga menutup kesenjangan pembiayaan agar proyek-proyek berkelanjutan dapat berkembang.
Bank Mandiri sendiri memiliki dua fokus utama dalam pembiayaan berkelanjutan. Pertama, bertindak sebagai ESG Advisor bagi para nasabah dalam melakukan transisi menuju ekonomi rendah karbon. Kedua, memberikan dukungan finansial untuk proyek-proyek yang berbasis iklim.
“Mimpi besar kami adalah turut menjadikan nasabah sebagai Sustainability Champion, melalui praktik bisnis yang impact-driven, memperoleh competitive advantage dalam aspek keberlanjutan, mengadopsi global best practice, dan menciptakan model bisnis yang tangguh terhadap perubahan iklim, dengan tujuan untuk mendukung tujuan NZE Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat,” ujar Darmawan.
Sejauh ini, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan yang mendukung pengurangan emisi di sektor-sektor prioritas dalam Enhanced Nationally Determined Contributions (ENDC).
Pada September 2024, Bank Mandiri mencatatkan portofolio berkelanjutan sebesar Rp285 triliun, tumbuh 12,8% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didukung oleh portofolio sosial sebesar Rp143 triliun (tumbuh 9,4%) dan portofolio hijau sebesar Rp142 triliun (tumbuh 16,4%), menjadikan Bank Mandiri sebagai pemimpin pasar Green Financing dengan pangsa di atas 35%.
Load more