"Namun, di Kota Pekalongan, varietas baru ini berhasil mencapai panen hingga 7,1 ton per hektare, ini merupakan pencapaian yang luar biasa," tambahnya.
Dalam kegiatan panen bersama di Kelurahan Krapyak, Kota Pekalongan, Arif mengatakan uji coba penanaman varietas BioSalin telah dilakukan di berbagai wilayah Pantura seperti Pekalongan, Banten, Bekasi, hingga Merauke.
Hasil panen di Pekalongan sebesar 7,1 ton per hektare dinilai memuaskan karena lahan tersebut sudah lama tidak dikelola dengan baik, sekitar 10 tahun. Namun, meski begitu, hasil panen dari varietas ini tetap baik.
"Dengan potensi hasil BioSalin 1 sekitar 8,75 ton dan BioSalin 2 mencapai 9 ton per hektare, rata-rata hasilnya sekitar 7,5 ton per hektare. Ini merupakan pencapaian yang sangat baik," katanya.
Memasuki musim hujan, ia menambahkan bahwa salinitas tanah akan menurun karena curah hujan tinggi membawa air tawar, yang menguntungkan bagi pertumbuhan padi.
"Curah hujan yang tinggi tentunya diharapkan meningkatkan hasil panen. Menariknya, padi ini ditanam saat musim kemarau, dan hasilnya sudah memuaskan," tambahnya lagi.
Langkah Kementan dalam pengembangan varietas unggul seperti BioSalin memang dapat menjadi solusi bagi permasalahan lahan payau. Oleh karena itu, diharapkan ke depannya produktivitas pertanian di daerah pesisir semakin meningkat melalui jenis padi baru tersebut. (ant/rpi)
Load more