Jakarta, tvOnenews.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa nilai impor Indonesia pada Oktober 2024 mencapai 21,94 miliar dolar AS (sekitar Rp347,7 triliun).
Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan hingga 16,54% dibandingkan September 2024 secara bulanan (month-to-month/m-to-m) dan naik 17,94% dibandingkan Oktober 2023 secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kenaikan ini mencerminkan aktivitas perdagangan internasional yang semakin aktif, baik di sektor migas maupun nonmigas.
“Pada Oktober 2024, total nilai impor mencapai 21,94 miliar dolar AS atau naik 16,54% dari kondisi September 2024,” ujar Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia A Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.
Amalia menjelaskan, impor migas pada Oktober 2024 tercatat sebesar 3,67 miliar dolar AS (sekitar Rp58 triliun). Angka ini mengalami kenaikan tajam sebesar 44,98% dibandingkan bulan sebelumnya dan meningkat 14,32% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan impor minyak mentah sebesar 464 juta dolar AS (sekitar Rp7,3 triliun) atau 61,87%, serta hasil minyak yang meningkat 673,4 juta dolar AS (sekitar Rp10,6 triliun) atau 37,86% secara bulanan.
Sementara itu, impor nonmigas mencapai 18,27 miliar dolar AS (sekitar Rp288,7 triliun), naik 12,13% secara bulanan dan meningkat 18,14% dibandingkan Oktober 2023. “Peningkatan nilai impor secara tahunan, baik migas maupun nonmigas, disebabkan oleh bertambahnya volume serta penurunan rata-rata harga agregat,” tambah Amalia.
Peningkatan impor secara keseluruhan ditopang oleh berbagai sektor. Barang konsumsi mengalami kenaikan nilai impor sebesar 10,02%, bahan baku dan penolong naik 18,49%, dan barang modal meningkat 12,55%. Kontribusi terbesar datang dari impor nonmigas, yang memberikan andil sebesar 10,50%, sedangkan migas menyumbang 6,04%.
Tiongkok atau China masih menjadi negara pemasok barang impor nonmigas terbesar bagi Indonesia, dengan nilai 6,64 miliar dolar AS (sekitar Rp104,9 triliun) atau 35,19% dari total impor. Diikuti oleh Jepang sebesar 1,5 miliar dolar AS (sekitar Rp23,7 triliun) atau 8,22% dan Singapura sebesar 1,09 miliar dolar AS (sekitar Rp17,2 triliun) atau 5,96%.
Kenaikan impor pada Oktober 2024 menunjukkan meningkatnya kebutuhan Indonesia terhadap barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal.
Hal ini menjadi sinyal positif bagi aktivitas ekonomi, tetapi juga menjadi tantangan untuk menjaga keseimbangan neraca perdagangan. (ant/rpi)
Load more