Pria berusia 55 tahun ini adalah salah satu pemegang paten metode pemetaan otak manusia sejak tahun 2009. Taruna Ikrar juga merupakan anggota tim peneliti obat dan vaksin di ASGCT California, Amerika Serikat.
Ia pernah menjabat wakil ketua PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2000-2003. Selain itu Taruna Ikrar pernah menjadi anggota Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4).
Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum I-4 periode 2011-2013 dan 2012-2015.
Pada 2017, Taruna Ikrar sempat menjadi perbincangan hangat di media sosial karena adanya keraguan dari beberapa pihak tentang sejumlah penghargaan dan gelar guru besarnya di bidang kedokteran spesialis otak.
Taruna pernah mengklaim dirinya menjadi salah satu nominee penerima Nobel tahun 2016 terkait penelitian optogenetics.
Optogenetics adalah konstelasi optik, genetik, dan bioteknologi memadukan aplikasi genetik dengan optik untuk mempelajari fungsi sekelompok sel.
Selain soal Nobel, Taruna Ikrar juga disebut mengklaim sebagai dekan dan profesor di Pacific Health Science University (PHSU) dan National Health University. Klaim ini juga diragukan sejumlah pihak.
Load more