Jakarta, tvOnenews.com - Harga Bitcoin (BTC) yang belakangan ini terus melejit serta optimisme dari para investor menjadi bukti nyata bahwa aset digital semakin dipercaya.
Popularitas kripto belakangan ini menunjukkan bahwa mata uang digital, termasuk Bitcoin, tentu bukan sekadar tren, melainkan bagian penting dari aset investasi.
Chief Marketing Officer (CMO) Tokocrypto, Wan Iqbal, menegaskan bahwa lonjakan harga Bitcoin menjadi indikator kepercayaan pasar pada aset digital.
"Momentum ini sebagai peluang strategis bagi investor di Indonesia. Dengan tren global yang positif, aktivitas pasar kripto lokal juga menunjukkan antusiasme yang meningkat," kata Wan Iqbal, Kamis (28/11/2024).
Diketahui, Bitcoin telah berhasil menembus angka 72 ribu dolar AS sebelum akhirnya mencapai rekor tertinggi yakni Rp1,58 miliar pada 22 November 2024.
Pertumbuhan ini dipicu arus masuk dana besar dari ETF (Exchange-Traded Fund) Bitcoin, akumulasi investasi institusional tertinggi dalam empat tahun, dan popularitas meme coin berbasis AI di tengah suasana pemilu AS.
Kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS disebut memberi pengaruh signifikan. Investor melihat peluang dari potensi regulasi yang lebih ramah terhadap aset digital, sehingga memperkuat optimisme di pasar.
Hal ini juga memicu minat besar generasi muda pada aset seperti BTC, Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan meme coin seperti Pepe (PEPE).
Data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat total transaksi kripto di Indonesia mencapai Rp475,13 triliun dari Januari hingga Oktober 2024, naik 352,89% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Transaksi ini juga melampaui angka tahun 2022 dan 2023 yang masing-masing hanya Rp306,4 triliun dan Rp149,3 triliun.
"Peningkatan ini mencerminkan bahwa perdagangan aset kripto semakin diminati masyarakat Indonesia. Hal ini membuktikan perdagangan aset kripto menjadi salah satu pilihan yang diminati," ungkap Kepala Bappebti, Kasan.
Selain itu, jumlah pelanggan aset kripto terus meningkat hingga mencapai 21,63 juta pada Oktober 2024. Dari angka ini, 716 ribu pengguna aktif bertransaksi melalui tujuh platform berlisensi di Indonesia. Tether (USDT), Ethereum, Bitcoin, Pepe, dan Solana menjadi aset paling diminati.
Penerimaan pajak dari transaksi kripto juga signifikan, mencapai Rp942,88 miliar sejak 2022 hingga Oktober 2024. Angka ini memperlihatkan potensi besar ekonomi dari sektor aset digital di Indonesia.
"Peningkatan jumlah pelanggan dan transaksi aset kripto akan mengoptimalkan penerimaan negara sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pasar kripto terbesar di dunia," tambah Kasan.
Wan Iqbal juga menyebutkan bahwa kondisi makroekonomi global berperan penting dalam stabilitas pasar kripto. Suku bunga rendah dari The Fed dan pelonggaran ekonomi China membantu menjaga sentimen positif di pasar. Namun, ia mengingatkan bahwa volatilitas tetap menjadi tantangan utama bagi investor.
"Investor perlu fokus pada diversifikasi portofolio dan pengelolaan risiko untuk memanfaatkan peluang tanpa terjebak dalam spekulasi berlebihan," pesannya. (ant/rpi)
Load more