Sementara itu, nilai total kontrak yang dihadapi (order book) hingga 31 Oktober 2024 mencapai Rp60,99 triliun. Mayoritas kontrak masih dipegang oleh segmen infrastruktur dan gedung sebesar 68,04%, dengan segmen lainnya seperti industri (14,41%), energi dan industrial plant (12,49%), serta realti dan properti (5,07%).
Mahendra menjelaskan, fokus bisnis WIKA saat ini diarahkan pada proyek infrastruktur dan gedung yang kebanyakan berasal dari pemerintah dan BUMN.
“Jadi memang sesuai dengan refocusing bisnis WIKA saat ini dan sesuai juga dengan langkah transformasi WIKA, saat ini memang perkuatan fundamental WIKA banyak mengarah ke proyek-proyek infrastruktur dan gedung yang kebanyakan dimiliki oleh pemerintah dan BUMN," tambahnya.
Hingga Oktober 2024, WIKA mengelola 74 proyek aktif di berbagai wilayah Indonesia. Dari jumlah tersebut, 38 proyek merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), termasuk pembangunan jalan tol, bendungan, dan fasilitas energi.
Selain itu, WIKA juga sedang mengerjakan tujuh proyek prioritas di Ibu Kota Nusantara (IKN), sebagai bentuk dukungan terhadap program pemerintah. Capaian ini memperlihatkan kemampuan WIKA dalam mengelola proyek-proyek besar yang mendukung agenda pembangunan nasional. (rpi)
Load more