"Jadi, tugas pemerintah adalah bagaimana agar lebih setara, tidak ada disparitas (pendapatan) antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, salah satu caranya adalah membangun Indonesia berdasarkan Indonesia-sentris bahwa pusat gravitasinya berpindah dari Pulau Jawa ke Indonesia Timur, dan Pemerintah telah membangun 22 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk itu," papar Airlangga.
Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia juga cukup aktif dalam keanggotaanya di berbagai forum ekonomi multilateral.
Misalnya, Indonesia merupakan penggagas Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang salah satunya mengikutsertakan Tiongkok di dalamnya.
Kemudian, bersama Amerika membentuk Indo-Pacific Economic Framework for Prosperity (IPEF). Indonesia juga sedang berproses untuk aksesi menjadi anggota OECD dan BRICS.
Menurut Airlangga, penandatangan berbagai perjanjian multilateral tersebut bertujuan untuk membuka pasar perdagangan baru, meningkatkan dan menyelaraskan standar perdagangan dan keuangan. Serta menarik lebih banyak investasi yang akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja juga.
"Karena target investasi kita tahun ini sekitar Rp 1.900 triliun, dan saya kira tahun depan akan dibutuhkan investasi lebih dari Rp 2.100 triliun, jadi kita butuh lebih banyak 'teman' maupun investor," ucap Airlangga.
Ketertarikan investor global datang ke Indonesia tak hanya didorong dari besarnya potensi pasar ekspor maupun karena menariknya pasar domestik yang memiliki daya beli konsumen kuat.
Load more