Terkait aspirasi tersebut, Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dalam kesempatan itu mengatakan salah satu tugas dan fungsi (tupoksi) Kemenperin, yakni menjamin ketersediaan bahan baku.
Ia pun mengharapkan kebutuhan anggur untuk minuman tersebut dapat dipasok dari dalam negeri karena memudahkan industri, baik dari sisi administrasi maupun biaya.
“Tupoksi Kementerian bagaimana menjamin ketersediaan bahan baku, itu salah satunya. Kalau kami lihat industri itu akan sangat berkepentingan untuk (kebutuhan) bisa masuk dari dalam negeri,” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Arpan Bali Utama (Hatten Wines) Ida Bagus Rai Budarsa menjelaskan pihaknya mengelola 30 hektare kebun anggur dan 30 hektare lahan lainnya bekerja sama dengan petani untuk memproduksi 10 jenis anggur, salah satunya varietas anggur hitam khas Buleleng.
Dia mengatakan per tahun membutuhkan sekitar 1.400 ton anggur, di antaranya sebanyak 700 ton untuk produk Hatten yang menggunakan anggur lokal dan sisanya anggur impor untuk produk premium.
Ida menjelaskan salah satu tantangan terbesar adalah mengembangbiakkan varietas anggur premium dari luar negeri yang tidak semuanya bisa tumbuh di Bali. Salah satu bibit anggur yang berhasil tumbuh di Buleleng, Bali adalah solaris dari Jerman.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian mencatat Hatten Wines memiliki kapasitas produksi minuman anggur golongan B sesuai izin mencapai hingga 2,1 juta liter.
Load more