Jakarta, tvonenews.com - Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat kembali terpuruk ke level terendahnya dalam empat bulan terakhir. Menguatnya Indeks Dolar di pasar global membuat kurs Rupiah anjok bersama dengan mata uang utama dunia.
Pada perdagangan Senin (16/12/2024) di pasar spot, kurs Rupiah terpantau melemah 37 poin atau sekitar 0,23 persen ke level Rp16.032 per dolar AS. Nilai tukar rupiah ini terpantau merupakan yang terendah sejak bulan Agustus 2024 lalu.
Dalam laporan riset yang dirilis Senin pagi, Analis dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto menyebut potensi pelemahan Rupiah masih perlu diwaspadai. Dia menyebut pelemahan nilai tukar RUpiah terutama disebabkan oleh sentimen global, terutama dari berlanjutnya tren kenaikan Dolar AS.
Dia menyebutkan, kenaikan Dolar AS yang terjadi sejak pekan lalu juga disertai dengan kenaikan imbal hasil surat berharga pemerintah AS atau US Treasuries (UST). Sementara Indeks Dolar AS (DXY) pada hari Jumat (13/12/2024) ditutup di atas level 107, atau yang pertama kalinya selama lebih dari 2 pekan terakhir.
Imbal hasil UST tenor 2 tahun dan 10 tahun, selama sepekan naik cukup signifikan, masing-masing sebesar 14,1 basis poin (bps) dan 24,4bps, masing-masing ditutup pada 4,24 persen dan 4,40 persen. Sementara itu DXY naik 0,9 persen (week on week/WoW) menjadi 107,0.
Dampak Global
Selain pelemahan nilai tukar Rupiah, penguatan Dolar AS di tingkat global juga telah menekan mata uang negara - negara utama dunia.
“Di antara mata uang negara maju, Yen pekan lalu mengalami depresiasi paling signifikan, sebesar 2,4 persen WoW, karena Bank of Japan (BoJ) diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga dan akan lebih berhati-hati dalam menentukan langkah ke depan,” jelasnya.
Lebih lanjut Rully menjelaskan, persepsi mengenai arah suku bunga global akan selalu berdampak besar terhadap pasar mata uang, keluar masuknya arus modal asing, dan akan berdampak juga terhadap kinerja pasar saham.
Dia memperkirakan pelemahan Rupiah ini akan berdampak pada pasar saham. Investor asing berpotensi melanjutkan aksi jualnya yang pada akhir pekan lalu telah mencapai Rp1,39 triliun (net foreign sell). (hsb)
Load more