Jakarta, tvonenews.com – Para pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pusat dan daerah siap memanfaatkan akses pasar ke Eropa dan ke berbagai negara. Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Novyan Bakrie mengapresiasi peluang bisnis dan akses pasar yang dibuka oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
"Dan saya benar-benar melihat langsung bahwa Pak Prabowo (Presiden Prabowo Subianto) bisa bicara mengenai makro, geopolitik, dan geoekonomi dalam setiap pertemuan dengan para pemimpin dunia. Beliau selalu menekankan dua kata, yaitu kemiskinan dan kelaparan,” kata Anindya Bakrie dalam acara Kadin Economic Diplomacy (KED) Breakfast di Hotel Arya Duta, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, (13/12).
Hadir dalam pertemuan itu Wakil Ketua Umum (WKU) Koordinator Bidang Luar Negeri Kadin Indonesia James T. Riady, WKU Bidang Hubungan Luar Negeri Kadin Indonesia Bernardino M. Vega, jajaran pengurus Komite Tetap, dan para ketua umum atau perwakilan Kadin Provinsi.
Anin, nama sapaan Anindya Novyan Bakrie, mengatakan akses pasar menjadi salah satu kunci yang harus dimanfaatkan Indonesia di tengah ketidakpastian global. Di setiap pertemuan, demikian Anin, Presiden tidak saja berbicara tentang topik besar dan masalah yang dihadapi dunia, melainkan juga menekankan masalah konkret yang dihadapi rakyat Indonesia.
“Presiden bicara tentang kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas aktif, non-aligned, tapi juga kesejahteraan masyarakat Indonesia," katanya
Dalam kunjungan Presiden Prabowo ke China, AS, Amerika Latin, dan Inggris, menurut Anin, terlihat jelas keunggulan Indonesia dengan politik luar negeri yang bebas aktif. Saat ini, kondisi global cukup terpolarisasi dengan adanya perang dagang Amerika Serikat dan China. Di sisi lain, Eropa, Rusia, dan Timur Tengah dilanda masalah geopolitik.
Sebaliknya, Indonesia yang masih memiliki stabilitas politik, juga diuntungkan dengan politik luar yang tidak memihak salah satu blok politik. Dengan adanya keunggulan itu, Anin menyimpulkan, Indonesia memiliki alasan kuat untuk tetap optimistis menghadapi dinamika global. "Jadi melihat semua itu Indonesia punya alasan untuk optimistis," tegas Anindya Bakrie.
Pasar Uni Eropa
Anin juga menyebutkan kerja sama perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa (Europe Union/EU) merupakan hal yang sangat penting di tengah ancaman boikot produk - produk asal Indonesia terkait deforestasi.
“Bukan hanya karena kita makin banyak pasar makin bagus, tapi EU itu (memiliki) 17 triliun dolar AS (nilai) ekonomi. Jadi singkat kata ya 13 kali lebih besar daripada kita,” ungkap Anin.
Dia menyebut bahwa Indonesia akan tetap berupaya untuk mengantisipasi dan mencegah aksi boikot produk - produk asal Indonesia terkait deforestasi, terutama produk yang terkait dengan kelapa sawit (palm oil).
“Apakah mereka (EU) rewel mengenai sustainable palm oil? Iya. Apakah mereka rewel mengenai deforestation? Iya. Tapi ya (kita harus) cari jalan. Dan katanya Pak Presiden (Prabowo Subianto) mau mencoba untuk menyelesaikan di kuartal 1 tahun depan.”
Kesepakatan Indonesia - Kanada
Lebih lanjut Anindya Bakrie mengatakan dalam perdagangan itu pihaknya juga telah melakukan kerja sama. Adapun kerja sama ini membuahkan hasil mengenai akses pasar.
“Dan pekan lalu (dengan) Kanada (ICA CEPA) sudah teken. Nah ini apa gunanya? Akses pasar. Kita gak bisa jualan kalau misalnya gak ada pasarnya. Dan yang saya lihat juga dengan persaingan antara AS dan China, itu akan ada dua paralel track, dua hal paralel untuk peningkatan teknologi. Terutama dari sisi Artificial Intelligence (AI),” kata Anin.
Anin menjelaskan, Kadin harus bersaing demi kesejahteraan masyarakat luas. Hal ini guna membuktikan Kadin itu bisa bermanfaat bagi banyak orang. “Dan teman-teman di provinsi ini bisa membantu untuk menyambungkan dari apa yang dibicarakan di luar negeri sampai kepada masyarakat kita,” jelasnya.
Dalam sambutannya, Anin menyampaikan pandangan optimistisnya terhadap ekonomi Indonesia, meski saat ini dunia tengah menghadapi situasi yang tidak pasti. Anin membandingkan situasi Indonesia dengan negara-negara besar seperti China, Amerika Serikat (AS), dan negara-negara di kawasan Eropa.
"Kita patut benar-benar bersyukur, bukan hanya bersyukur dalam arti kata setiap hari kita mesti bersyukur, tapi dibandingkan China misalnya, negara mereka sangat besar, adikuasa. Tapi ya mereka juga tidak mempunyai demokrasi seperti kita," Anin menyoroti tantangan yang dihadapi negara-negara besar. (hsb)
Load more