Jakarta, tvOnenews.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah hingga menembus Rp16.000 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan, Senin (17/12), rupiah ditutup di posisi Rp16.099 per dolar AS, melemah 1,37 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, pelemahan ini dipicu oleh berbagai faktor eksternal, termasuk tingginya ketidakpastian global dan arah kebijakan Bank Sentral AS, The Fed.
“Pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh makin tingginya ketidakpastian global, terutama terkait arah kebijakan AS,” kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, di Jakarta Pusat, Rabu (18/12).
Ia juga menjelaskan bahwa ruang penurunan suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate (FFR) semakin terbatas, sementara dolar AS terus menguat. Kondisi ini diperburuk oleh meningkatnya risiko geopolitik, yang mendorong investor global memindahkan portofolio mereka ke Amerika Serikat.
Meski demikian, Perry memastikan pelemahan rupiah tetap terkendali dibandingkan mata uang regional lainnya.
“Bila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, rupiah tercatat mengalami depresiasi sebesar 4,16 persen. Ini lebih kecil dibandingkan pelemahan dolar Taiwan (5,58 persen), Peso Filipina (5,94 persen), dan Won Korea (10,47 persen),” jelasnya.
Untuk meredam pelemahan rupiah lebih lanjut, BI akan mengoptimalkan seluruh instrumen moneter melalui strategi operasi pro-market. Perry menjelaskan, BI telah memperkuat kebijakan dengan menerapkan instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Load more