“Pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh makin tingginya ketidakpastian global, terutama terkait arah kebijakan AS,” kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, di Jakarta Pusat, Rabu (18/12).
Ia juga menjelaskan bahwa ruang penurunan suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate (FFR) semakin terbatas, sementara dolar AS terus menguat. Kondisi ini diperburuk oleh meningkatnya risiko geopolitik, yang mendorong investor global memindahkan portofolio mereka ke Amerika Serikat.
Meski demikian, Perry memastikan pelemahan rupiah tetap terkendali dibandingkan mata uang regional lainnya.
“Bila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023, rupiah tercatat mengalami depresiasi sebesar 4,16 persen. Ini lebih kecil dibandingkan pelemahan dolar Taiwan (5,58 persen), Peso Filipina (5,94 persen), dan Won Korea (10,47 persen),” jelasnya.
Load more