Untuk saat ini, kata Pratama, belum dapat dipastikan bahwa BRI memang terkena ransomware, atau bahkan terindikasi informasi yang beredar adalah berupa yang kurang benar karena pada malam kemarin (18/12) serta pagi ini layanan perbankan BRI serta mobile banking BRI juga tidak mengalami kendala operasional.
Menurut dia, tidak seperti pada saat Bank Syariah Indonesia yang mengalami serangan ransomware yang mengakibatkan kegagalan operasional perbankan dan aplikasi mobile banking mereka selama beberapa hari.
FalconFeeds.io juga membuat postingan klarifikasi pada pukul 22.42 WIB yang mengatakan bahwa klaim yang melaporkan serangan siber kepada BRI adalah berita yang kurang benar.
Tim CISSReC juga melakukan investigasi dan menemukan bahwa sampel data yang diberikan oleh Bashe Ransomware identik dengan salah satu unggahan di Scribd yang diunggah oleh salah satu akun bernama Sonni GrabBike pada tanggal 17 September 2020.
Pada investigasi yang lebih lanjut secara random pada beberapa sampel data, CISSReC juga menemukan bahwa nomor kartu yang tertera pada sampel data yang didapatkan di Scribd adalah valid serta nomor kartu tersebut masih aktif karena masih bisa dilakukan transfer ke nomor kartu tersebut.
"Melihat beberapa fakta ini, untuk saat ini serangan siber berupa ransomware tersebut kemungkinan besar adalah informasi yang kurang benar," tutur dosen pascasarjana pada Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) ini.
Jika terkena serangan ransomware, menurut pakar keamanan siber ini, BRI memiliki sistem backup dan prosedur recovery yang bagus karena bisa dengan waktu singkat mengembalikan layanan perbankan.
Load more