"Emas berada dalam pasar bull sekuler, tetapi arah perjalanannya tidak akan searah pada tahun 2025 seperti pada tahun 2024," ujar Nicky Shiels, Kepala Strategi Logam di MKS PAMP SA.
Ia menambahkan bahwa puncak kekhawatiran politik telah mereda setelah kemenangan telak Trump. Tren pembelian emas oleh bank sentral diperkirakan berlanjut pada 2025, tetapi arus pembelian tersebut akan lebih tersembunyi mengingat ancaman tarif Trump terhadap negara-negara yang dianggap aktif melakukan dedolarisasi.
Lingkungan suku bunga rendah telah membuat emas bersinar sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi dan geopolitik. Sayangnya, reli emas mulai kehilangan momentum pada November kala dolar AS yang kian menguat serta optimisme pasca-kemenangan Trump.
"Kami pikir pasar emas telah berhenti sejenak setelah pemilihan presiden AS tetapi akan kembali lagi pada tahun 2025 didukung oleh kemerosotan lebih lanjut di pasar tenaga kerja AS, suku bunga yang masih tinggi membebani pertumbuhan, dan permintaan ETF yang lebih tinggi," ujar Tom Mulqueen, ahli strategi logam di Citi Global Markets.
Di sisi lain, harga perak spot turun 0,3% menjadi US$ 28,87 per ons, harga paladium naik 0,9% ke US$ 908,67, dan harga platinum turun 0,1% menjadi US$ 903,15.
Perak mencatat tahun terbaiknya sejak 2020 dengan kenaikan hampir 22% sejauh ini, sementara platinum dan paladium mencatat kerugian tahunan, masing-masing turun lebih dari 8% dan 17%.
Mulqueen memprediksi harga perak akan naik hingga US$ 36 per ons akibat defisit besar di pasar serta pemangkasan suku bunga Fed hingga 2025. Namun, ia menambahkan bahwa permintaan industri untuk perak pada 2025 tidak akan melampaui permintaan untuk emas. (nsp)
Load more