Jakarta, tvOnenews.com - Kementerian Perdagangan (Kemendag) melaporkan bahwa kenaikan harga referensi (HR) dan harga patokan ekspor (HPE) biji kakao untuk periode Januari 2025 dipengaruhi oleh menurunnya produksi di wilayah Afrika Barat, salah satu kawasan penghasil kakao terbesar di dunia.
Hal ini juga mendorong kenaikan HPE biji kakao menjadi 10.060 dolar AS per MT, naik sebesar 2.743 dolar AS atau 37,48% dari periode sebelumnya.
“Peningkatan HR dan HPE biji kakao dipengaruhi peningkatan permintaan yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi, terutama dari produsen utama di wilayah Afrika Barat, akibat curah hujan yang tinggi. Sebab lainnya adalah kekhawatiran penurunan produksi akibat proyeksi cuaca kering pada semester pertama 2025,” ujar Isy dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Meski harga referensi dan harga patokan ekspor biji kakao meningkat, bea keluar (BK) biji kakao tetap tidak berubah pada 15%, sesuai dengan ketentuan Kolom 4 Lampiran Huruf B pada PMK Nomor 38 Tahun 2024.
Sementara itu, harga patokan ekspor untuk produk kulit pada Januari 2025 tidak mengalami perubahan dibandingkan bulan sebelumnya.
Namun, terdapat kenaikan HPE pada beberapa produk kayu, seperti:
Serpih kayu (wood chips/particles).
Kayu gergajian dengan luas penampang 1.000–4.000 mm² dari jenis rimba campuran, eboni, jati, akasia, sengon, balsa, dan eukaliptus.
Kayu veneer dari hutan alam dan hutan tanaman.
Wooden sheet for packing box.
Kayu gergajian dari jenis meranti, merbau, pinus, gemelina, dan sungkai.
Penetapan HPE untuk biji kakao, produk kulit, dan produk kayu ini tercantum dalam Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) Nomor 1684 Tahun 2024 tentang Harga Patokan Ekspor dan Harga Referensi atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang Dikenakan Bea Keluar.
Kenaikan harga kakao ini menunjukkan dampak signifikan dari dinamika produksi global, terutama di kawasan produsen utama seperti Afrika Barat, yang menghadapi tantangan iklim dan perubahan cuaca yang mempengaruhi hasil panen. (ant/nsp)
Load more