Jakarta, tvOnenews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah pada Rabu (8/1/2025).
Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 1,36 poin atau 0,17 persen ke posisi 821,81.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.061.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan 16,13 miliar lembar saham senilai Rp9,38 triliun.
Sebanyak 276 saham naik, 358 saham menurun, dan 316 tidak bergerak nilainya.
Pelemahan IHSG hari ini dipimpin oleh saham- saham sektor barang baku.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tiga sektor menguat dengan sektor energi naik paling tinggi yaitu sebesar 0,84 persen, diikuti oleh sektor keuangan dan sektor barang konsumen primer yang masing- masing naik sebesar 0,33 persen dan 0,03 persen.
Sementara itu, delapan sektor menurun yaitu sektor barang baku turun paling dalam minus minus sebesar 3,27 persen, diikuti oleh sektor industri dan sektor barang konsumen primer yang masing- masing turun sebesar 0,96 persen dan 0,59 persen.
Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu VTNY, KOTA, PZZA, ECII, dan MDRN. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni YOII, BTEK, KSIX, MTFN dan RATU.
Menurut analais, penurunan IHSG dipengaruhi dari spekulasi pasar terhadap risiko inflasi Amerika Serikat (AS).
Sehingga penundaan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed dan kekhawatiran melambatnya ekonomi China.
"Pelaku pasar tampaknya mengalami tekanan setelah pasar obligasi, yang mana 10 year treasury AS yield naik 7 basis poin ke level 4.68 persen, sehingga mendorong pasar untuk menahan diri masuk ke pasar saham, dan di sisi lain kenaikan yield tersebut memberikan pandangan bagaimana ekonomi AS yang menunjukkan solid," tulis analis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas.
Kuatnya data ekonomi AS juga ditunjukkan dari US ISM Services Index naik dari sebelumnya 52.1 menjadi 54.1, job openings rate naik dari sebelumnya 4.7 persen menjadi 4.8 persen.
Kondisi ini membuat pasar memprediksi perpaduan antara pertumbuhan ekonomi yang mulai solid dan potensi gelombang baru dari inflasi yang juga akan dipengaruhi dari kebijakan terkait tarif dari Donald Trump, sehingga, membuat pasar memprediksi bahwa kemungkinan The Fed memperlambat pemotongan suku bunga karena risiko inflasi yang terus berlanjut. (ant/vsf)
Load more