Di sisi lain, Ia menjelaskan bahwa kebijakan proteksionis dan pembatasan imigrasi oleh Presiden Terpilih AS Donald Trump berpotensi akan menaikkan biaya produksi dan mengganggu supply chain, yang mana berpotensi menambah tekanan inflasi.
Sehingga, lanjutnya, penurunan suku bunga oleh The Fed pada Januari 2025 dapat memperparah kondisi itu, dan membuat kondisi serta arah kebijakan ekonomi ke depan menjadi semakin sulit diprediksi.
“Dengan demikian, meskipun perkembangan yang ada membuka kemungkinan penurunan suku bunga pada akhir bulan ini, para pejabat The Fed mungkin akan berpikir dua kali untuk melakukannya,” ujar Fahmi.
Sementara itu, apabila suku bunga tidak diturunkan pada pertemuan FOMC mendatang, menurutnya, berpotensi akan memberikan tekanan bagi pasar, terlebih apabila The Fed kembali memaparkan proyeksi kebijakan ke depan yang akan lebih ketat, seperti yang terjadi pada pertemuan sebelumnya.
Dengan demikian, meskipun kondisi pasar saat ini cukup positif, ia mengingatkan kehati-hatian serta responsivitas investor terhadap perkembangan situasi yang ada masih sangat diperlukan untuk menjaga pertumbuhan portofolio investasinya.
“Momentum pasar saat ini juga dapat dimanfaatkan investor untuk mengoptimalkan performa portofolionya dengan mengambil lebih banyak posisi trading untuk memanfaatkan volatilitas yang ada pada aset-aset strategis selagi memantau potensi reli selanjutnya,” ujar Fahmi.
Fahmi menjelaskan, laju inflasi yang tinggi terutama di sektor energi, dapat menjadi faktor pendukung proyeksi The Fed untuk melakukan pemangkasan suku bunga lebih sedikit pada tahun ini.
Load more