Jakarta, tvOnenews.com - Pasar saham dan kripto Amerika Serikat (AS) mengindikasikan peningkatan keyakinan para investor terhadap potensi situasi suku bunga yang akan akan kembali turun.
Prediksi itu diungkap ekonom Fahmi Almuttaqin melansir antara, Kamis (16/1/2025).
Dia mengatakan, hal itu sudah terlihat dengan pasar saham dan kripto AS serempak menghijau pascameredanya data inflasi Consumer Price Index (CPI) AS yang dirilis pada Kamis ini.
Data tersebut memberikan harapan terhadap potensi dapat tercapainya target inflasi The Fed di level 2 persen.
“Penurunan laju kenaikan inflasi inti mungkin dapat membuka kemungkinan akan kembali diturunkannya suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan FOMC akhir bulan ini. Namun, jika hal itu terjadi, outlook kebijakan suku bunga hingga mungkin beberapa bulan setelahnya akan relatif lebih tidak pasti,” kata Fahmi.
Di sisi lain, Ia menjelaskan bahwa kebijakan proteksionis dan pembatasan imigrasi oleh Presiden Terpilih AS Donald Trump berpotensi akan menaikkan biaya produksi dan mengganggu supply chain, yang mana berpotensi menambah tekanan inflasi.
Sehingga, lanjutnya, penurunan suku bunga oleh The Fed pada Januari 2025 dapat memperparah kondisi itu, dan membuat kondisi serta arah kebijakan ekonomi ke depan menjadi semakin sulit diprediksi.
“Dengan demikian, meskipun perkembangan yang ada membuka kemungkinan penurunan suku bunga pada akhir bulan ini, para pejabat The Fed mungkin akan berpikir dua kali untuk melakukannya,” ujar Fahmi.
Sementara itu, apabila suku bunga tidak diturunkan pada pertemuan FOMC mendatang, menurutnya, berpotensi akan memberikan tekanan bagi pasar, terlebih apabila The Fed kembali memaparkan proyeksi kebijakan ke depan yang akan lebih ketat, seperti yang terjadi pada pertemuan sebelumnya.
Dengan demikian, meskipun kondisi pasar saat ini cukup positif, ia mengingatkan kehati-hatian serta responsivitas investor terhadap perkembangan situasi yang ada masih sangat diperlukan untuk menjaga pertumbuhan portofolio investasinya.
“Momentum pasar saat ini juga dapat dimanfaatkan investor untuk mengoptimalkan performa portofolionya dengan mengambil lebih banyak posisi trading untuk memanfaatkan volatilitas yang ada pada aset-aset strategis selagi memantau potensi reli selanjutnya,” ujar Fahmi.
Fahmi menjelaskan, laju inflasi yang tinggi terutama di sektor energi, dapat menjadi faktor pendukung proyeksi The Fed untuk melakukan pemangkasan suku bunga lebih sedikit pada tahun ini.
Sebagaimana diketahui, The Fed telah memangkas suku bunga acuan sebesar total 100 basis poin sejak memulai siklus pelonggaran pada September 2024.
Terdekat, The Fed akan menyelenggarakan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 28-29 Januari 2025 untuk menentukan kebijakan terkait suku bunga acuannya. (ant/vsf)
Load more