Jakarta, tvOnenews.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia bersama Kementerian Investasi dan Industri Hilir RI dan Switzerland Global Enterprise baru saja menggelar “Indonesia-Swiss Business Roundtable” pada hari Selasa, 21 Januari 2025.
Acara tersebut diselenggarakan di sela-sela Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF) 2025 yang dijadwalkan berlangsung 20–24 Januari 2025 di Davos, Swiss.
Indonesia-Swiss Business Roundtable dihadiri oleh para pemimpin bisnis internasional senior Indonesia dan Swiss, pejabat pemerintah, dan investor global
Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie dan Menteri Investasi dan Hilirisasi RI Rosan Roeslani, sama-sama menjadi pembicara pembuka di acara yang digelar di Bündnerstube CH, Lobby Level, P50, Garden Hall, Morosani Schweizerhof Hotel, pukul 14.00-15.30 waktu Davos.
Tujuan diselenggarakannya panel tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
- Menjelajahi Peluang Strategis: Menyoroti peluang perdagangan dan investasi yang muncul di berbagai sektor utama, termasuk energi terbarukan, manufaktur canggih, dan digitalisasi.
- Membina Kolaborasi Bilateral: Membangun jalur baru untuk kemitraan antara perusahaan Indonesia dan Swiss guna mempercepat pertumbuhan ekonomi dan inovasi.
- Memamerkan Kekuatan Bersama: Menyajikan studi kasus dan kisah sukses yang menggambarkan bagaimana inovasi Swiss dan sumber daya Indonesia dapat mendorong proyek transformatif.
Indonesia-Swiss Business Roundtable dihadiri sekitar 20 delegasi dari Swiss, antara lain dari ABB Swiss yang terdiri dari Nora Teuwsen selaku CEO, dan Direktur Grup Hubungan Pemerintah & Urusan Publik Pascal Gunasekera. Ada juga dari Rittmeyer yang diwakili oleh Direktur Utama Roger Amhof, CSO Ivo Zehnder, serta Stefan Ehlers dari Tim Manajemen Swiss Hydro, yang juga menjabat sebagai Kepala Bagian di AFRY.
Selain itu, hadir pula Direktur Utama AquaSwiss Sanjeev Varma bersama Kepala Operasi Global dan Anggota Dewan AquaSwiss AG Dokter Manfred Held, serta Attila Mehes selaku Direktur Pelaksana Georg Fischer Wavin AG dan CEO GWF Florian Strasser.
Kemudian ada CEO Casale yakni Federico Zardi bersama Fabio Laurenzi selaku Manajer Area Penjualan. Lalu, Wakil Presiden Grup Pertumbuhan Regional dan Urusan Eksternal dari Kanada, Toufik Fredj, juga menjadi bagian dari delegasi ini.
Dari sektor mobilitas, hadir Alper Soken selaku Anggota Dewan Eksekutif Bartholet, serta Alex Naef sebagai Direktur Utama Hess, bersama Hans-Jorg Gisler, yang menjabat sebagai Akun Utama Mitra Global di Hess.
Delegasi lainnya mencakup Alex Buechi, Mitra Pengelola Asia Green; Martin Hefti, Presiden Dewan Swiss Energy & Water Developers; Patrick Walker, Direktur Program Industri dari Swiss Global Perusahaan; Michael Keller, Sekretaris Jenderal Sektor Industri Swissmem; dan Carsten Bohler, Kepala Keuangan Proyek & Infrastruktur di SERV Swiss Asuransi Risiko Ekspor.
Posisi Indonesia dan Swiss di WEF 2025
Agenda besar WEF 2025 akan mempertemukan lebih dari 2.500 pemimpin dari sektor publik dan swasta untuk membahas isu-isu global yang mendesak, termasuk pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan, dan transisi energi.
Indonesia bersama visi yang jelas untuk masa depan di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, berada di garis depan transformasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Dengan ambisi untuk meningkatkan pertumbuhan PDB Indonesia hingga 8% per tahun, Indonesia akan menjadi salah satu dari lima ekonomi teratas dunia pada tahun 2045, sejalan dengan Visi Indonesia Emas.
Indonesia telah muncul sebagai kekuatan ekonomi yang sedang naik daun di Asia Tenggara, berkontribusi sebesar 2,3% terhadap PDB global pada tahun 2023 (Bank Dunia).
Volume perdagangannya telah tumbuh dengan stabil, dengan ekspor nonmigas meningkat sebesar 16,4% per tahun sejak tahun 2019, mencapai rekor USD 268 miliar pada tahun 2023.
Kebijakan industri strategis negara ini, termasuk insentif untuk produksi baterai kendaraan listrik dan pengembangan energi terbarukan, telah menarik perhatian global yang signifikan, dengan total investasi langsung asing (FDI) sebesar USD 43 miliar pada tahun 2023, meningkat 44% dari tahun sebelumnya (BKPM Indonesia).
Sektor-sektor utama seperti energi terbarukan dan teknologi digital diproyeksikan akan menarik lebih dari USD 200 miliar dalam investasi pada tahun 2040 (BloombergNEF).
Di sisi lain, Swiss menjadi pemimpin global dalam inovasi dan keberlanjutan, merupakan investor terbesar ke-15 bagi Indonesia, dengan FDI Swiss mencapai USD 1,2 miliar pada tahun 2023 (UNCTAD).
Perdagangan bilateral antara kedua negara telah menunjukkan ketahanan, tumbuh rata-rata 6% per tahun selama dekade terakhir dan mencapai USD 1,6 miliar pada tahun 2023 (UN Comtrade).
Keahlian Swiss dalam pembiayaan hijau ditegaskan oleh pengelolaan aset investasi berkelanjutan senilai USD 158 miliar (Bloomberg, 2023), yang menawarkan sumber daya penting bagi tujuan transisi energi Indonesia yang ambisius.
Selain itu, sektor manufaktur canggih dan rekayasa presisi Swiss berkontribusi terhadap ekspor global senilai USD 320 miliar per tahun (OECD), yang menyoroti potensi transfer teknologi dan kolaborasi industri dengan Indonesia.
Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie menjadi salah satu panelis dalam diskusi di Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/WEF).
Dalam sambutannya, Anindya Bakrie mengungkapkan ambisi Indonesia dalam pengembangan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
CEO Bakrie & Brothers itu mengungkap, bahwa Indonesia berpotensi untuk menjadi negara acuan standar pengolahan Material Baterai Kendaraan Listrik di dunia.
Kepatuhan pada standar internasional ini sejalan dengan konstitusi Indonesia dan tentunya menguntungkan dari sisi bisnis.
“Dalam konteks rantai pasok global, ambisi kami tidak hanya sebatas memproduksi material baterai untuk kendaraan listrik, tapi juga bagaimana cara memproduksinya. Indonesia memiliki potensi unik. Bayangkan, kami bisa memproduksi material baterai menggunakan energi hijau dengan tetap memperhatikan emisi karbon,” kata Anindya Bakrie dalam diskusi di World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, Selasa (21/1/2025).
Pengusaha berusia 50 tahun itu mengaku ambisi tersebut bukan hanya sekadar wacana, tetapi sudah terbukti dengan kemampuan industri otomotif nasional untuk memasok berbagi komponen mobil listrik ke sejumlah negara tujuan.
“Banyak perusahaan Indonesia yang sudah memasok tidak hanya ke China dengan teknologi canggihnya, tapi juga ke Eropa melalui Eramet dan Volkswagen, serta ke Amerika Serikat melalui Ford,” jelas Anindya Bakrie. (rpi)
Load more