Berdasarkan data badan survei geologi Amerika Serikat, Indonesia menghasilkan lebih dari 70 ribu ton timah setiap tahun, dimana 32% produksi timah dihasilkan oleh PT. Timah Tbk dan 68% sisanya diproduksi oleh kurang lebih 35 badan usaha swasta.
Saat ini, hampir 95% produksi timah nasional diekspor dan belum dimanfaatkan secara optimal di dalam negeri. Timah dapat meningkatkan posisi tawar Indonesia dalam investasi yang bernilai tinggi, khususnya saat ini untuk semikonduktor dan Pemerintah menjadikan hilirisasi timah ini menjadi modal memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem semikonduktor.
“Hilirisasi timah diharapkan dapat meningkatkan devisa negara. Data menunjukkan bahwa industri hilir memiliki potensi untuk menggandakan nilai ekspor dibandingkan dengan ekspor bahan mentah. Dengan investasi sebesar Rp1,2 triliun dalam pembangunan pabrik hilirisasi tersebut, Pemerintah optimis bahwa Indonesia dapat menjadi pusat produksi timah hilir terbesar di dunia,” tegas Deputi Ali.
Dari segi investasi, Indonesia merupakan negara dengan predikat layak investasi dengan daya saing yang cukup kuat. Peringkat Indonesia dalam IMD Global Competitiveness Index, meningkat ke peringkat 27 dari sebelumnya di peringkat 34.
Berdasarkan penilaian dari lembaga rating, Sovereign Credit Rating (SCR) Indonesia satu tingkat di atas Investment Grade. Hal tersebut menunjukkan kepercayaan investor kondisi ekonomi Indonesia yang solid akan berlanjut.
Pemerintah mengapresiasi PT Cipta Persada Mulia beserta anak usahanya, PT Batam Timah Sinergi, dan PT Tri Charislink Indonesia, atas komitmen dan langkah konkret yang telah diambil dalam perealisasian hilirisasi timah.
Pemerintah juga mengajak para pelaku industri lainnya untuk turut mendukung agenda hilirisasi nasional demi memperkuat kedaulatan ekonomi nasional. Selanjutnya Deputi Ali menyampaikan bahwa groundbreaking tersebut berpotensi menciptakan sekitar 1.500 lapangan kerja baru dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal serta memberikan kontribusi positif bagi pendapatan daerah.
Load more