Jakarta, tvOnenews.com - Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto gencar melakukan program kerja untuk mencapai program prioritas swasembada pangan.
“Setelah mencapai swasembada, kita ingin menjadi eksportir dan lumbung pangan, tidak hanya untuk kebutuhan rakyat Indonesia, tetapi juga bagi dunia. Dengan potensi besar dari segi penduduk, geografis, dan geopolitik, Indonesia harus menjadi pusat pangan dunia,” kata Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono dalam keterangannya, Minggu (26/1/2025).
Sudaryono menegaskan, pemerintah terus berkomitmen untuk membenahi sektor pertanian Indonesia. Menurutnya, sektor pertanian Indonesia saat ini tengah mengalami kemajuan signifikan.
"Swasembada pangan bukan hanya tentang beras, tapi juga komoditas lain. Kita mulai dengan beras sebagai bahan pokok utama. Dalam sektor pertanian, kita pastikan semua komponen seperti pupuk, penyuluh, irigasi, dan benih sudah beres,” terangnya.
Sudaryono menjelaskan, pemerintah tengah bekerja keras untuk memastikan komoditas pangan utama Indonesia dapat dipenuhi dari dalam negeri tanpa bergantung pada impor.
“Beras, Insya Allah, tahun ini selesai. Jagung selesai, gula selesai. Selanjutnya, kita fokus ke komoditas lain yang masih impor seperti susu, daging, bawang putih, atau kedelai. Sesuai arahan Bapak Presiden, semuanya akan kita selesaikan,” ujar Sudaryono.
Sebagai upaya mewujudkan kedaulatan pangan, lanjut dia, pemerintah telah mengimplementasikan kebijakan strategis, antara lain meningkatkan distribusi pupuk, menyediakan benih gratis, serta menyalurkan alat dan mesin pertanian (alsintan) secara merata ke seluruh wilayah.
Ia menjelaskan bahwa pembenahan sektor pertanian tidak hanya berfokus pada beras, tetapi juga pada komoditas pangan lainnya.
Dia mengungkapkan, dalam kurun waktu tiga bulan pemerintahan Prabowo-Gibran, hasil positif mulai terasa. Di antaranya produksi pangan nasional menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sehingga hal tersebut berpotensi mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor.
“Dampaknya sudah terasa. Produksi kita naik, dan karena Indonesia tidak lagi mengimpor, harga beras dunia turun drastis. Sebelumnya, kita adalah importir terbesar, tetapi sekarang kita mandiri,” ungkapnya.
Namun, Sudaryono juga mengingatkan adanya pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan, terutama terkait dengan kesiapan Perum Bulog dalam menyerap gabah selama panen raya, sesuai dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan sebesar Rp6.500 per kg.
“PR kita saat ini adalah kesiapan Bulog dalam menyerap gabah selama panen raya, sesuai dengan instruksi Presiden. HPP-nya Rp6.500, dan ini harus dijalankan dengan optimal,” ucap Wamentan.
Dengan berbagai kebijakan dan upaya yang sedang dijalankan, dia menyatakan bahwa pemerintah berambisi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri pangan dan berperan penting dalam pasar pangan global. (nba)
Load more