Jakarta, tvOnenews.com - Boeing melaporkan kerugian tahunan sebesar US$11,83 miliar pada tahun 2024, menjadikannya kerugian terbesar perusahaan sejak 2020. Kerugian ini disebabkan oleh masalah pada unit komersial dan pertahanan, serta dampak aksi mogok pekerja di pabrik-pabrik di Pantai Barat AS.
Pada kuartal keempat 2024, Boeing mencatat kerugian sebesar US$3,86 miliar, terutama akibat biaya signifikan pada sejumlah program pertahanan dengan harga tetap. Pendapatan kuartalan anjlok 31% menjadi US$15,24 miliar, dengan kerugian per saham yang disesuaikan sebesar US$5,9.
Ortberg menekankan perlunya perubahan budaya perusahaan sebagai bagian dari rencana empat langkah untuk memulihkan bisnis. Ia menyebut perubahan budaya ini sebagai "hal paling penting yang harus dilakukan."
Sejak tahun 2019, Boeing telah mencatat kerugian lebih dari US$30 miliar, sebagian besar akibat insiden fatal yang melibatkan pesawat 737 MAX dan dampak pandemi COVID-19. Tantangan lainnya meliputi gangguan rantai pasokan serta masalah teknis pada model 787 dan 777X.
Meski demikian, Ortberg tetap optimis dengan masa depan Boeing. Ia menyebut perusahaan telah membuat kemajuan dalam memperbaiki rantai pasokan serta menyelesaikan masalah teknis pada berbagai model pesawatnya.
“Kami telah menyelesaikan evaluasi menyeluruh terhadap semua program pengembangan harga tetap yang menantang,” tulis Ortberg dalam surat kepada para karyawan.
Boeing berhasil meningkatkan produksi pesawat 787 menjadi lima unit per bulan pada akhir 2024, meski beberapa komponen, seperti kursi, masih mengalami keterlambatan. Sementara itu, divisi pesawat komersial kini fokus pada proses sertifikasi tiga model pesawat, termasuk pesawat berbadan lebar 777X, yang kembali menjalani uji terbang bulan ini.
Namun, Ortberg berhati-hati dalam memberikan pembaruan terkait penyelesaian masalah sistem anti-pembekuan (anti-icing) untuk model 737-7 dan 737-10.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Boeing terus berinvestasi pada bisnis inti sekaligus merampingkan portofolionya di area yang tidak dianggap strategis untuk masa depan perusahaan. (nsp)
Load more