Di sisi lain, Nafan mencatat bahwa penghentian sementara pemangkasan suku bunga oleh The Fed terjadi saat Donald Trump mendesak Jerome Powell untuk terus menurunkan suku bunga guna mendorong pertumbuhan ekonomi AS.
"Hal ini berpotensi menghidupkan kembali ketegangan antara Gedung Putih dan The Fed, seperti yang terjadi pada masa jabatan pertama Trump," tambahnya.
Dengan meningkatnya tekanan inflasi di AS, Nafan menjelaskan bahwa volatilitas pasar obligasi semakin meningkat, yang berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Sebagai respons terhadap melemahnya rupiah, Bank Indonesia (BI) pada Desember 2024 cenderung menahan diri untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
"Dibandingkan The Fed yang telah menerapkan kebijakan moneter pada Desember 2024, inilah yang menyebabkan pasar kita mengalami depresiasi pada November dan Desember 2024," pungkas Nafan. (ant/nsp)
Load more