Jakarta. tvOnenews.com - Wall Street tengah mengalami gejolak besar. Nilai pasar NVIDIA anjlok hampir Rp9.700 triliun dalam satu hari, menyeret raksasa teknologi seperti Microsoft, Google, dan Meta ke dalam badai yang sama.
Di Washington, Gedung Putih menggelar pertemuan darurat untuk membahas respons terhadap kemajuan AI China yang berpotensi mengubah keseimbangan geopolitik.
Sementara itu, di Beijing, suasana kemenangan terasa. DeepSeek telah membuktikan bahwa dominasi AI bukan lagi monopoli Silicon Valley.
Dengan pendekatan efisien yang memanfaatkan data dalam jumlah besar dan biaya operasional rendah, DeepSeek berhasil menjadi aplikasi AI peringkat satu di App Store, mengungguli ChatGPT.
Menariknya, DeepSeek hanya membutuhkan waktu dua tahun, 200 karyawan, dan pendanaan Rp89 miliar untuk mencapai pencapaian ini.
Sebagai perbandingan, OpenAI membutuhkan waktu satu dekade, 4.500 karyawan, dan investasi Rp105,6 triliun untuk menjadikan ChatGPT sebagai aplikasi peringkat dua di App Store.
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pertanyaannya bukan lagi apakah AI ini akan masuk, tetapi seberapa siap Indonesia menghadapi revolusi ini.
Dengan potensi digital yang besar, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan teknologi AI guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
DeepSeek menawarkan solusi AI yang lebih terjangkau dan mudah diakses, terutama bagi pasar negara berkembang seperti Indonesia. Teknologi ini dapat digunakan dalam berbagai sektor, mulai dari pendidikan hingga kesehatan.
Dengan kemampuan multibahasa yang mumpuni, DeepSeek berpotensi menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan akses pembelajaran bagi masyarakat di daerah terpencil.
Selain itu, integrasi DeepSeek dengan ekosistem digital China—seperti WeChat, Alibaba, dan Baidu—membuka peluang bagi pengguna Indonesia untuk mengakses layanan AI dengan lebih mudah dalam kehidupan sehari-hari.
Persaingan antara DeepSeek dan AI buatan AS, seperti ChatGPT, membawa dampak positif bagi Indonesia.
Dengan alternatif teknologi AI yang lebih murah, Indonesia dapat mengadopsi kecerdasan buatan tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
Bagi sektor UMKM, AI seperti DeepSeek dapat membantu dalam analisis pasar, manajemen inventaris, dan strategi pemasaran digital.
Menurut laporan PwC (2022), pasar AI global diprediksi mencapai 1,5 triliun dolar AS pada 2030, dan Indonesia memiliki potensi untuk menjadi bagian dari pertumbuhan ini.
Ketua Komtap AI APTIKNAS, Karim Taslim, menilai bahwa persaingan antara AS dan China dalam AI membuka peluang bagi Indonesia untuk memanfaatkan teknologi terbaik dengan biaya lebih kompetitif.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa DeepSeek membawa tantangan, terutama dalam hal keamanan data.
Sebagai produk China, DeepSeek tunduk pada regulasi pemerintah China yang ketat, yang dapat menimbulkan kekhawatiran tentang privasi pengguna.
Amnesty International (2023) memperingatkan bahwa penggunaan teknologi China di luar negeri berisiko menjadi alat pengawasan dan pengumpulan data.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu memastikan bahwa penggunaan AI seperti DeepSeek tidak melanggar privasi warga negara.
Regulasi yang ketat dan transparan harus diterapkan untuk melindungi data pengguna serta memastikan teknologi ini digunakan demi kepentingan publik.
Selain itu, meskipun DeepSeek unggul dalam aspek harga dan kemampuan bahasa, AI China masih tertinggal dalam kreativitas dan kedalaman analisis dibandingkan ChatGPT.
Menurut Dr. Fei-Fei Li, profesor di Stanford University, AI China masih perlu meningkatkan kemampuan generatif dan adaptifnya agar dapat bersaing dengan teknologi AS.
Indonesia perlu melakukan evaluasi mendalam sebelum mengadopsi DeepSeek secara luas.
Pemerintah dan pelaku industri harus bekerja sama untuk memastikan bahwa teknologi ini benar-benar memberikan manfaat bagi perekonomian nasional.
Selain itu, pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang AI harus menjadi prioritas agar Indonesia tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga pencipta teknologi.
Dengan ekosistem digital yang inklusif dan berdaya saing, Indonesia dapat memanfaatkan AI seperti DeepSeek untuk menciptakan solusi inovatif sesuai dengan kebutuhan lokal.
Pada akhirnya, persaingan antara DeepSeek dan ChatGPT bukan sekadar tentang dominasi teknologi, tetapi juga tentang bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini untuk membangun masa depan ekonomi digital yang lebih kuat.
Dengan strategi yang tepat, Indonesia tidak hanya akan menjadi penonton dalam revolusi AI, tetapi juga pemain aktif yang memberikan kontribusi nyata. (ant/nsp)
Load more