Sebagai contoh, Amran menyoroti potensi besar lahan pertanian di Papua yang dapat dioptimalkan melalui pendekatan holistik dan mekanisasi berbasis teknologi tinggi dari hulu hingga hilir.
“Di Merauke, lahan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan kini dihidupkan kembali. Jika ingin pertanian berkelanjutan, teknologi harus diterapkan. Tanpa teknologi, sektor ini akan ditinggalkan. Misalnya, di sana ada petani yang memiliki lahan 1.000 hektare. Jika dikelola secara manual, membutuhkan waktu hingga 20 tahun untuk menggarapnya. Namun, dengan teknologi tinggi, satu hektare bisa diolah hanya dalam 2 hingga 4 jam,” jelas Amran.
Selain itu, keterlibatan generasi muda dalam pertanian modern juga menjadi faktor penting. Ia mengungkapkan bahwa jumlah pendaftar Brigade Swasembada mencapai 27 ribu orang, menunjukkan tingginya minat kaum milenial terhadap pertanian modern karena potensi pendapatan yang menjanjikan.
“Di Merauke, banyak anak muda terlibat dalam pertanian modern. Mengapa? Karena menguntungkan dan menggunakan teknologi canggih. Berapa keuntungannya? Di Merauke, pendapatan petani bisa mencapai Rp20 juta, dengan target penghasilan bersih Rp10 juta per bulan. Di Aceh, ada yang mendapatkan Rp20 juta. Ini menjadi daya tarik bagi mereka untuk ikut serta, dan testimoninya sudah ada,” tutur Amran. (ant/nsp)
Load more